Oleh : Salis Vita
Auliya/362010037/MD302B
Wayang
merupakan salah satu kesenian Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO sebagai
warisan peradapan dunia. Wayang selain dikenal sebagai warisan budaya orang
Jawa. Pada masa kejayaanya, kesenian wayang mampu menjadi kesenian yang penuh
makna. Pemahaman terhadap tradisi pewayangan dewasa ini mengalami penurunan.
(Drs. Djoko, 2006:1). Masyarakat majemuk yang hidup di seluruh wilayah
Nusantara memiliki berbagai macam adat-istiadat atau seni budaya. (Bayu Wibisana,
2010:1). Krisis budaya menjadi salah satu alsan semakin berkurangnya akan seni
pertunjukan wayang.
Kebudayaan adalah kompleks ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan; kompleks aktivitas serta tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat dan
kompleks benda-benda serta hasil karya manusia.(Hertati,
2011:6). Tantangan yang dihadapi dalam melestarikan dan menghadirkan seni
pertunjukan wayang tidak dapat
dilepaskan dari masyarakat pendukungnya.
Salatiga terbagi menjadi empat kecamatan,
yaitu kecamatan sidorejo, kecamatan tingkir, kecamatan argomulyo, dan kecamatan
sidomukti. Dari setiap kecamatan yang aktif menampilkan pertunjukan wayang
yaitu desa Warak Kota Salatiga kelurahan Sidomukti kelurahan Dukuh masih
bertahan dalam mengdakan pertunjukan wayang setiap tahunnya. Warak menjunjung
tinggi nilai-nilai tradisi turun temurun, salah satunya “wayangan”. Nilai
tersebut sebagai gagasan kolektif (bersama) tentang apa yang dianggap baik,
penting, diinginkan dan diangap layak, sekaligus tentang yang tidak baik, tidak
penting, tidak diinginkan dan tidak layak dalam sebuah kebudayaan. Nilai
menunjukkan apa yang penting dalam
kehidupan manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
(Pamerdi, 2012:57). Modern kini
kebudayaan tradisional tidak luput dari perkembangan tekhnologi yang membuat
kesenian tradisional tergeser. Namum, beda lagi pada Warak, masih melestarikan
wayang sebagai warisan leluhur. Masyarakat masih tetap setia menanti seni
pertunjukan wayang. Sehingga warga setempat selalu merayakan ulang tahun desa
atau mertideso setiap bulan sapar
atau biasa disebut saparan dengan
menggelar seni pertunjukan wayang.
Pertunjukan wayang merupakan media yang
menggambarkan kehidupan manusia, yang dikenal dengan istilah wadah dan isi. Wadah merupakan
perabot atau atau medium yang terdiri dari empat aspek, pakeliran, yaitu sabet,
catur lakon dan iringan. Sedangkan isi adalah nilai-nilai yang diungkapkan dalam
pakeliran seperti nilai kemanusiaan, keadilan, kepahlawanan, dan sebaganya.
(Drs. Djoko, 2006:2). Seni pertunjukan wayang di Warak selain menjadi tradisi
dan guna melestarikan warisan leluhur, fungsi-fungsi lainnya selain memberikan
hiburan, sarana control sosial, sarana pelestarian dan pengembangan ni;ai-nilai
budaya bangsa, juga dapat memberikan informasi bagi penontonnya.
Pada
masa lalu, upaya merevitalisasikan wayang sebagai media komunikasi sudah banyak
dilakukan, sayangnya pada masa kini upaya semacam itu mulai redup.(Gunarjo,2011:60).
Wayang mungkin terdengar sebagai hiburan untuk orang-orang tua, padahal Wayang
sebernarnya tidak terbatas usia untuk menikmatinya. Jika dilihat lebih dalam
seni pertunjukan Wayang mengandung ajaran, niali-nilai kehidupan manusia yang
membantu kita untuk hidup lebih baik, sehingga wayang harus dikenalkan lebih
dini. Dalam dunia wayang ditampilkan contoh-contoh perilaku yang baik dan
jahat. Dengan bercerita atau mendongen, wayang membentuk ide-ide, kepercayaan,
moralitas dan tingkah-laku dari semua budaya.
Sebagai
masyarakat khususnya yang perduli akan warisan budaya lebih perduli, menyisihkan
perhatian serta waktunya bahkan terjun langsung dalam seni pewayangan sehingga mengenal
kebudayaan daerah lebih dalam. Pastilah merasa memiliki budaya yang sudah ada
dengan sangat bangga. Jangan sampai mengenal budaya wayang setelah budaya
diakui oleh Negara lain. Kita tidak sekedar menjadi objyek pemuda yang pasif
sebagai penerus warisan kebudayaan, marilah perduli dengan melestarikan dan
memahami budaya masing-masing daerah. Semua tergantung bagaimana para penerus
kebudayaan mengelola diri untuk sebuah nilaikebudayaan yang sudah ada.
Daftar
Pustaka
Pamerdi Giri Wiloso. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Salatiga: Anugrah Karya
Bersama. (2012)
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu
Pengantar.Bandung: Remaja Rosda Karya.
Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy,M.A.
Dinamika Komunikasi. Bandung. Remaja Rosdakarya.(2004)
Hertati, dkk. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta:
Universitas Terbuka.(2011)
Prof. Drs. Suwaji Bastomi. Seni dan Budaya Jawa.
Semarang: IKIP Semarang Pers
David Kaplan. Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar (2002)
Drs. Djoko N Witjaksono, Ma. Wayang Koleksi Museum
Jawa Tengah. Semarang: ISBN (2006)
Koentjaraningrat. Kebudayaan Mentalitas dan
Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama (2002)
T.O Ihromi. Pokok-Pokok Antropologi. Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia (2006)
Topik
: Pelestarian kebudayaan Wayang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar