Topik : Teknologi di Bidang
kedokteran
Pendahuluan
Latar Belakang
Penulis Muhammad
Faisal Latif /
672012074 / MD302A
|
Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi saat ini berkembang sangat besar. Manusia mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menggunakan rasa, karsa dan daya cipta yang
dimiliki. Salah satu bidang iptek yang berkembang pesat dewasa ini adalah
teknologi reproduksi. Teknologi reproduksi adalah ilmu reproduksi atau ilmu
tentang perkembangbiakan yang menggunakan peralatan serta prosedur tertentu
untuk menghasilkan suatu produk (keturunan). Salah satu teknologi reproduksi
yang telah banyak dikembangkan adalah inseminasi
buatan. Inseminasi buatan merupakan terjemahan dari artificial
insemination yang berarti memasukkan
cairan semen (plasma semen) yang mengandung sel-sel kelamin pria (spermatozoa)
yang diejakulasikan melalui penis pada waktu terjadi kopulasi atau penampungan
semen.Berdasarkan pengertian di atas, maka definisi tentang inseminasi buatan
adalah memasukkan atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin wanita dengan
menggunakan alat-alat buatan manusia dan bukan secara alami. Namun perkembangan
lebih lanjut dari inseminasi buatan tidak hanya mencangkup memasukkan semen ke
dalam saluran reproduksi wanita, tetapi juga menyangkut seleksi dan
pemeliharaan sperma, penampungan, penilaian, pengenceran, penyimpanan atau
pengawetan (pendinginan dan pembekuan)
dan pengangkutan semen, inseminasi, pencatatan, dan penentuan hasil inseminasi
pada manusia dan hewan. Adapun tujuan dari inseminasi buatan adalah sebagai
suatu cara untuk mendapatkan keturunan bagi pasutri yang belum mendapat
keturunan.
Tujuan
1. Mengetahui mengapa melakukan inseminasi
buatan pada manusia (bayi tabung)
2. Mengetahui beberapa pandangan tetang
inseminasi buatan pada manusia (bayi tabung)
3. Mengetahui dampak dari positiof dari
inseminasi buatan pada manusia (bayi tabung)
4. Mengetahui dampak negatif dari inseminasi buatan pada manusia
(bayi tabung)
5. Mengetahui
solusi dari dampak negatif dari bayi tabung
Pembahasan
1. Sebab mengapa inseminasi buatan pada manusia
atau bayi tabung dilakukan.Hadirnya seorang anak merupakan tanda dari cinta kasih pasangan suami istri,
tetapi tidak semua pasangan dapat melakukan proses reproduksi secara normal.
Sebagian kecil diantaranya memiliki berbagai kendala yang tidak memungkinkan
mereka untuk memiliki keturunan.Inseminasi buatan pertama kali dilakukan pada
manusia dengan menggunakan sperma dari suami telah dilakukan secara intravagina
pada tahun 1700 di Inggris. Sophia Kleegman dari Amerika Serikat adalah salah
satu perintis yang menggunakan inseminasi buatan dengan sperma suami ataupun sperma donor untuk kasus infertilitas. Pada wanita kendala ini dapat berupa
hipofungsi ovarium, gangguan pada saluran reproduksi dan rendahnya kadar
progesterone. Sedangkan pada pria berupa abnormalitas spermatozoa kriptorkhid,
azoospermia dan rendahnya kadar testosteron. Selain untuk memperoleh
keturunan, faktor kesehatan juga merupakan fokus utama penerapan teknologi
reproduksi. Sebagai contoh kasus:
Di Colorado Amerika Serikat
pasangan Jack dan Lisa melakukan program inseminasi, bukan semata-mata
untuk mendapatkan keturunan tetapi
karena memerlukan donor bagi putrinya Molly yang berusia 6 tahun yang menderita
penyakit fanconi anemia, yaitu suatu
penyakit yang disebabkan oleh tidak berfungsinya sumsum tulang belakang sebagai
penghasil darah. Jika dibiarkan akan menyebabkan penyakit leukemia.
Satu-satunya pengobatan adalah melakukan pencangkokan sumsum tulang dari
saudara sekandung, tetapi masalahnya Molly anak tunggal. Yang dimaksud
inseminasi disini diterapkan untuk mendapatkan anak yang bebas dari penyakit fanconi anemia agar dapat diambil darahnya sehingga
diharapkan akan dapat merangsang sumsum tulang belakang Molly untuk memproduksi
darah.[1]
2. Pandangan tetang inseminasi buatan pada
manusia (bayi tabung)
a.Segi Agama
Dalam hukum Islam tidak menerima
cara pengobatan ini dan tidak boleh menerima anak yang dilahirkan sebagai anak
yang sah, apalagi jika anak yang dilakukan perempuan karena nantinya akan
mempersoalkan siapa walinya jika anak tersebut menikah. Bolehkah “ayah” yaitu
suami yang memiliki gangguan reproduksi dapat diterima sebagai walinya? Selain
masalah agama juga muncul soal hukum dalam pembagian harat. Bolehkah anakyang
dilahirkan AID mewarisi harta “ayah” juga dalam hal lain-lain yang berkaitan
dengan pewarisan. Di negara barat, yang mana inseminasi benih penderma
dilakukan dengan giatnya, mereka atasi masalah Undang-Undang dengan menjalani
proses “adopsi” secara sah. Tetapi kedudukan di negara Indonesia masih belum
jelas. Alasan lain dari sekelompok agamawan menolak teknologi reproduksi ini
karena mereka meyakini bahwa kegiatan tersebut sama artinya bertentangan dengan
ajaran Tuhan yang merupakan Sang Pencipta. Allah adalah kreator terbaik.
Manusia dapat saja melakukan campur tangan dalam pekerjaannya termasuk pada
awal perkembangan embrio untuk meningkatkan kesehatan atau untuk meningkatkan
ruang terjadinya kehamilan, namun perlu diingat Allah adalah Sang pemberi
hidup.
b.Segi Hukum
Dilihat dari segi hukum pendonor
sperma melanggar hukum. Contoh kasus pada bulan Juni 2002, pengadilan di Stockholm,
Swedia menjatuhkan hukuman kepada laki-laki yang mengaku sebagai pendonor
sperma kepada pasangan lesbian yang akhirnya bercerai. Dan diberi sanksi untuk
memberi tunjangan terhadap 3 orang anak hasil inseminasi spermanya, sebesar 2,5
juta perbulan. Dalam kasus ini akan timbul sikap etis dan tidak etis. Sikap
etis timbul dilihat dari sikap pendonor sperma yang telah memberikan spermanya
kepada pasangan lesbian, karena berusaha untuk membantu pasangan tersebut untuk
mempunyai anak. Sedangkan sikap tidak etis muncul dari pasangan lesbian yang
bercerai, karena telah menuntut pertanggungjawaban kepada pendonor sperma yang
mengaku sebagai ayahnya untuk memberikan tunjangan hidup bagi ke-3 anak hasil
inseminasi spermanya.Dengan demikian maka inseminasi buatan harus berlandaskan
nilai etika tertentu, karena bagaimanapun juga perkembangan dalam dunia
bioteknologi tidak lepas dari tanggung jawab manusia sebagai agen moral dan
subjek moral. Etika diperlukan untuk menentukan arah perkembangan bioteknologi serta perkembangannya
secara teknis, sehingga tujuan yang menyimpang dan merugikan bagi kemanusiaan
dapat dihindarkan. Dan yang penting perlu diterapkannya aturan resmi pemerintah
dalam pelaksanaan dan penerapan bioteknologi, sehingga ada pengawasan yang
intensif terhadap bahaya potensial yang mungkin timbul akibat kemajuan
bioteknologi.
c.Segi Sosial
Posisi anak menjadi kurang jelas
dalam tatanan masyarakat, terutama bila sperma yang digunakan berasal dari bank
sperma atau sel sperma yang digunakan berasal dari pendonor, akibatnya status
anak menjadi tidak jelas. Selain itu juga, di kemudian hari mungkin saja
terjadi perkawinan antar keluarga dekat tanpa di sengaja, misalnya antar anak
dengan bapak atau dengan ibu atau bisa saja
antar saudara sehingga besar kemungkinan akan lahir generasi cacat akibat
inbreeding. Lain halnya dengan kasus seorang janda yang ditinggal mati
suaminya, dan dia ingin mempunyai anak dari sperma beku suaminya. Hal ini
dianggap etis karena sperma yang digunakan
berasal dari suaminya sendiri sehingga tidak menimbulkan masalah sosial,
karena status anak yang dilahirkan
merupakan anak kandung sendiri. Kasus lainnya adalah seorang wanita
ingin mempunyai anak dengan inseminasi tetapi tanpa menikah, dengan alasa n
ingin mempunyai keturunan dari seseorang yang diidolakannya seperti artis dan
tokoh terkenal. Kasus tersebut akan menimbulkan sikap tidak etis, karena sperma
yang diperoleh sama halnya dari sperma pendonor, sehingga akan menyebabkan
persoalan dalam masyarakat seperti status anak yang tidak jelas. Selain itu
juga akan ada pandangan negatif kepada wanita itu sendiri dari masyarakat
sekitar, karena telah mempunyai anak tanpa menikah dan belum bersuami.[2]
3. Dampak positif dari inseminasi buatan pada
manusia (bayi tabung)
Anak adalah dambaan setiap
pasangan suami istri (pasutri). Tapi faktanya, tak semua pasutri dapat dengan
mudah memperoleh keturunan. Data menunjukkan, 11-15 persen pasutri usia subur
mengalami kesulitan untuk memperoleh keturunan, baik karena kurang subur
(subfertil) atau tidak subur (infertil). Jadi proses bayi tabung adalah upaya
untuk memperoleh keturunan dari pasangan suami istri yang bersangkutan . Bayi
tabung dilakukan untuk membantu kehamilan pada wanita, dilakukan pada kasus
infertilisasi yang disebabkan beberapa faktor diantaranya :
Sumbatan atau kerusakan tuba
fallopi ( dapat disebabkan oleh Pelvic Inflammatory
Disease)Endometriosis Faktor
infertilisasi laki-laki, termasuk penurunan jumlah sperma dan
sumbatan.Infertilisasi yang t idak diketahui sebabnya.[3]
4. Dampak negatif (resiko) dari inseminasi
buatan pada manusia (bayi tabung)
Dan itu harus dihadapi apabila
sudah menetapkan program bayi tabung sebagai pilihan
utama untuk mendapatkan
keturunan. Resiko program bayi tabung antara lain :
- Resiko terjadinya stimulasi indung telur yang berlebihan sehingga terjadi penumpukan cairan di rongga perut yang menyebabkan keluhan berupa mual, kembung, muntah dan hilangnya selera makan. Dengan pemantauan yang rutin akan menghindari resiko stimulasi yang berlebihan.
- Resiko kehamilan kembar lebih dari dua akan meningkat akibat banyaknya embrio yang dimasukkan ke rahim. Dan berakibat terjadinya resiko terjadinya persalinan prematur yang akan memerlukan perawatan lebih lama. Untuk mengurangi resiko t ersebut dengan mempertimbangkan usia maka akan dilakukan pembatasan embrio yang akan dimasukkan ke rahim.
- Resiko terjadinya pendarahan dan infeksi akibat pengambilan sel telur dengan jarum. Karena kemungkinan jarum akan mengenai kandung kemih, usus dan pembuluh darah. Tetapi dengan tehnologi USG hal itu bisa dihindari.
- Resiko mengalami keguguran dan kehamilan diluar kandungan. Dengan pemberian hormon dan panduan tehnologi USG maka diharapkan hal itu tidak akan terjadi.
- Resiko lainya adalah tentang biaya yang dikeluarkan, kelelahan fisik dan emosi dalam menyikapi harapan dan kenyataan yang terjadi selama mengikuti program bayi tabung tersebut.[4]
5. Solusi dari dampak negatif bayi tabung
Ketika teknologi kedokteran belum
secanggih sekarang, bila suami tak
memiliki sperma (azoospermia) maka pupus harapan untuk memiliki
momongan. Akan tetapi bayi tabung memberikan harapan baru. Mungkin tak sedikit
yang menilai bayi tabung menjadi jalan terakhir.Dr Malvin Ameraldi, SpOG
menjelaskan sebenarnya ada cara lain yang bisa dilakukan, yaitu inseminasi.
Program ini berupaya memasukkan sperma ke dalam rahim, terjadi pertemuan sel
telur dan sperma di dalam tubuh.Sementara pada program bayi tabung, dokter
mengambil sel telur dan sperma lalu digabung menjadi embrio, selanjutnya embrio
tersebut ditanam ke rahim calon ibu. Indikasi untuk dilakukan bayi tabung
terutama bila ada gangguan sperma/tidak memiliki sperma, sumbatan salur telur,
dan kelainan yang tak bisa dijelaskan.Di dunia, keberhasilan program bayi
tabung sekitar 30-40 persen. Dari beberapa pilihan program, keberhasilan
inseminasi tanpa penyubur sekitar lima persen, dengan penyubur tujuh persen,
dan dengan stimulasi hormone 4-17 persen. Dengan teknik bayi tabung persentase
keberhasilannya termasuk lebih besar.
Namun demikian, keberhasilan program
bayi tabung dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya usia calon
ibu, cadangan sel telur, dan faktor penyebab infertilitas.[5]
Penutup
Kesimpulan
- Hadirnya seorang anak merupakan tanda dari cinta kasih pasangan suami istri, tetapi tidak semua pasangan dapat melakukan proses reproduksi secara normal. Sebagian kecil diantaranya memiliki berbagai kendala yang tidak memungkinkan mereka untuk memiliki keturunan. Bayi tabung adalah salah satu solusi bagi pasangan yang tidak bisa memiliki anak untuk memperoleh anak. Tetapi berbagai pandangan tentang bayi tabung menjadi pro dan kontra setiap lapisan masyarakat.
- Dari pandangan agama proses bayi tabung tidak dibenarkan atau tidak diperbolehkan karena menyimpangang dari ajaran. Dari pandangan hukum proses bayi tabung dilarang, karena inseminasi buatan harus harus berlandaskan nilai etika tertentu, karena bagaimanapun juga perkembangan dalam dunia bioteknologi tidak lepas dari tanggung jawab manusia sebagai agen moral dan subjek moral. Etika diperlukan untuk menentukan arah perkembangan bioteknologi serta perkembangannya secara teknis, sehingga tujuan yang menyimpang dan merugikan bagi kemanusiaan dapat dihindarkan. Dan yang penting perlu diterapkannya aturan resmi pemerintah dalam pelaksanaan dan penerapan bioteknologi, sehingga ada pengawasan yang intensif terhadap bahaya potensial yang mungkin timbul akibat kemajuan bioteknologi. Dari pandangan sosil pun tidak memperbolehkan karena akan menimbulkan konflik tentang status anak.
- Dan bayi tabung pun mempunyai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak positif adalah upaya untuk memperoleh keturunan dari pasangan suami istri yang bersangkutan.
- Tetapi selain itu terdapat dampak negatif dari bayi tabung itu sendiri yaitu Resiko terjadinya pendarahan dan infeksi akibat pengambilan sel telur dengan jarum.
- Namun bayi tabung bukan satu-satunya jalan memperoleh anak, inseminasi bisa menjadi jalan keluar bagi para pasangan suami-istri.
Saran
Pada prakteknya, seharusnya
memperhatikan dari sudut pandang agama, hukum, sosial. Karena pada dasarnya
dari semua sudut pandang bayi tabung diharamkan. Lebih baik memcari alternatif
lain. Seperti inseminasi tapi ditanam dirahim suami istri yang akan melakukan
progam tersebut. Karena setatus anak akan jelas dan tidak menimbulkan
prokontra.
Daftar Pustaka
Anonima.2004.Inseminasi
Buatan. http://ferrykarwur.i8.com/materi_bio/materi4.html .
Evi Puspita Sari, Esti Cahya
Wirastri, Yusmeida Ciptami, Susanna Puspitarini.Bayi Tabung.2004. Inseminasi
Buatan.http://farras-agda-m.blog.ugm.ac.id/2012/06/20/pandangan-islam-mengenai-proses-bayi-tabung/.
Anonimb.2006.
Pengertian Bayi Tabung dan Resikonya.
http://dloepiq.blogspot.com/2013/01/pengertian-bayi-tabung-dan-resikonya.html
.
Ice Cream Vanilla. 2010. BAYI
TABUNG” DALAM PEREKEMBANGAN ILMU DAN TEKNOLOGI . (MENCAKUP ETIKA , MORAL , DAN
BEBAS NILAI )” .
http://wwwicecreamvanilla.blogspot.com/2010/08/bayi-tabung-dalam-perekembangan-ilmu.html
.
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA.2013.
Bayi Tabung Bukan Jalan Terakhir Punya Anak, Ini Solusi Lainnya.
http://www.tribunnews.com/2013/01/28/bayi-tabung-bulan-jalan-terakhir-punya-anak-ini-solusi-lainnya.
[1]
Anonima.2004.Inseminasi Buatan
[2]
Evi Puspita Sari, Esti Cahya Wirastri, Yusmeida Ciptami, Susanna
Puspitarini.Bayi Tabung.2004. Inseminasi Buatan
[3]
Anonimb.2006. Pengertian Bayi Tabung dan Resikonya.
[4]
Ice Cream Vanilla. 2010. BAYI TABUNG” DALAM PEREKEMBANGAN ILMU DAN
TEKNOLOGI.(MENCAKUP ETIKA , MORAL , DAN BEBAS NILAI )” .
[5]
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA.2013. Bayi Tabung Bukan Jalan Terakhir Punya Anak, Ini
Solusi Lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar