OLEH : EDWIN GHANY.O/132012028/MD302B
Nontoni adalah upacara
untuk melihat calon pasangan yang akan dikawininya. Dimasa lalu orang yang akan
nikah belum tentu kenal terhadap orang yang akan dinikahinya, bahkan
kadang-kadang belum pernah melihatnya, meskipun ada kemungkinan juga mereka
sudah tahu dan mengenal atau pernah melihatnya.
Agar ada gambaran siapa
jodohnya nanti maka diadakan tata cara nontoni. Biasanya tata cara ini
diprakarsai pihak pria. Setelah orang tua si perjaka yang akan diperjodohkan
telah mengirimkan penyelidikannya tentang keadaan si gadis yang akan diambil
menantu. Penyelidikan itu dinamakan dom sumuruping banyu atau penyelidikan
secara rahasia.
Setelah hasil nontoni
ini memuaskan, dan siperjaka sanggup menerima pilihan orang tuanya, maka
diadakan musyawarah di antara orang tua / pinisepuh si perjaka untuk menentukan
tata cara lamaran.
Melamar artinya
meminang, karena pada zaman dulu di antara pria dan wanita yang akan menikah
kadang-kadang masih belum saling mengenal, jadi hal ini orang tualah yang
mencarikan jodoh dengan cara menanyakan kepada seseorang apakah puterinya sudah
atau belum mempunyai calon suami. Dari sini bisa dirembug hari baik untuk
menerima lamaran atas persetujuan bersama.
·
Pada hari yang telah ditetapkan, datanglah utusan dari calon besan
yaitu orang tua calon pengantin pria dengan membawa oleh-oleh. Pada zaman dulu
yang lazim disebut Jodang ( tempat makanan dan lain sebagainya ) yang dipikul
oleh empat orang pria.
·
Makanan tersebut biasanya terbuat dari beras ketan antara
lain : Jadah, wajik, rengginan dan sebagainya.
·
Menurut naluri makanan tersebut mengandung makna sebagaimana sifat
dari bahan baku ketan yang banyak glutennya sehingga lengket dan diharapkan
kelak kedua pengantin dan antar besan tetap lengket (pliket,Jawa).
·
Setelah lamaran diterima kemudian kedua belah pihak merundingkan
hari baik untuk melaksanakan upacara peningsetan. Banyak keluarga Jawa masih
melestarikan sistem pemilihan hari pasaran pancawara dalam menentukan hari baik
untuk upacara peningsetan dan hari ijab pernikahan.
Peningsetan Kata
peningsetan adalah dari kata dasar singset (Jawa) yang berarti ikat,
peningsetan jadi berarti pengikat.
Peningsetan adalah suatu
upacara penyerahan sesuatu sebagai pengikat dari orang tua pihak pengantin pria
kepada pihak calon pengantin putri.
Menurut tradisi
peningset terdiri dari : Kain batik, bahan kebaya, semekan, perhiasan
emas, uang yang lazim disebut tukon (imbalan) disesuaikan kemampuan ekonominya,
jodang yang berisi: jadah, wajik, rengginan, gula, teh, pisang raja satu
tangkep, lauk pauk dan satu jenjang kelapa yang dipikul tersendiri, satu jodoh
ayam hidup. Untuk menyambut kedatangan ini diiringi dengan gending Nala Ganjur
.
Biasanya penentuan hari
baik pernikahan ditentukan bersama antara kedua pihak setelah upacara
peningsetan.
Tarub adalah hiasan
janur kuning (daun kelapa yang masih muda) yang dipasang tepi tratag yang
terbuat dari bleketepe (anyaman daun kelapa yang hijau).
Pemasangan tarub
biasanya dipasang saat bersamaan dengan memandikan calon pengantin (siraman,
Jawa) yaitu satu hari sebelum pernikahan itu dilaksanakan.
Untuk perlengkapan tarub
selain janur kuning masih ada lagi antara lain yang disebut dengan tuwuhan.
Adapun macamnya :
·
Dua batang pohon pisang raja yang buahnya tua/matang.
·
Dua janjang kelapa gading ( cengkir gading, Jawa )
·
Dua untai padi yang sudah tua.
·
Dua batang pohon tebu wulung (tebu hitam) yang lurus.
·
Daun beringin secukupnya.
·
Daun dadap srep.
Tuwuhan dan gegodongan
ini dipasang di kiri pintu gerbang satu unit dan dikanan pintu gerbang satu
unit (bila selesai pisang dan kelapa bisa diperebutkan pada anak-anak.)
Selain pemasangan tarub
di atas masih delengkapi dengan perlengkapan-perlengkapan sbb. (Ini merupakan
petuah dan nasihat yang adi luhung, harapan serta do'a kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa) yang dilambangkan melalui:
1. Pisang raja dan pisang
pulut yang berjumlah genap.
2. Jajan pasar
3. Nasi liwet yang dileri
lauk serundeng.
4. Kopi pahit, teh pahit,
dan sebatang rokok.
5. Roti tawar.
6. Jadah bakar.
7. Tempe keripik.
8. Ketan, kolak, apem.
9. Tumpeng gundul
10. Nasi golong sejodo yang
diberi lauk.
11. Jeroan sapi, ento-ento,
peyek gereh, gebing
12. Golong lulut.
13. Nasi gebuli
14. Nasi punar
15. Ayam 1 ekor
16. Pisang pulut 1 lirang
17. Pisang raja 1 lirang
18. Buah-buahan + jajan
pasar ditaruh yang tengah-tengahnya diberi tumpeng kecil.
19. Daun sirih, kapur dan
gambir
20. Kembang telon (melati,
kenanga dan kantil)
21. Jenang merah, jenang
putih, jenang baro-baro.
22. Empon-empon, temulawak,
temu giring, dlingo, bengle, kunir, kencur.
23. Tampah(niru) kecil yang
berisi beras 1 takir yang di atasnya 1 butir telor ayam mentah, uang logam,
gula merah 1 tangkep, 1 butir kelapa.
24. Empluk-empluk tanah liat
berisi beras, kemiri gepak jendul, kluwak, pengilon, jungkat, suri, lenga
sundul langit
25. Ayam jantan hidup
26. Tikar
27. Kendi, damar jlupak
(lampu dari tanah liat) dinyalakan
28. Kepala/daging kerbau dan
jeroan komplit
29. Tempe mentah terbungkus
daun dengan tali dari tangkai padi (merang)
30. Sayur pada mara
31. Kolak kencana
32. Nasi gebuli
33. Pisang emas 1 lirang
Masih ada lagi
petuah-petuah dan nasihat-nasihat yang dilambangkan melalui : Tumpeng
kecil-kecil merah, putih,kuning, hitam, hijau, yang dilengkapi dengan
buah-buahan, bunga telon, gocok mentah dan uang logam yang diwadahi di atas
ancak yang ditaruh di:
1. Area sumur
2. Area memasak nasi
3. Tempat membuat minum
4. Tarub
5. Untuk menebus
kembarmayang (kaum)
6. Tempat penyiapan makanan
yanh akan dihidangkan.
7. Jembatan
8. Prapatan.
Upacara nyantri adalah menitipkan
calon pengantin pria kepada keluarga pengantin putri 1 sampai 2 hari sebelum
pernikahan. Calon pengantin pria ini akan ditempat kan dirumsh saudara atau
tetangga dekat.
Upacara nyantri ini
dimaksudkan untuk melancarkan jalannya upacara pernikahan, sehingga saat-saat
upacara pernikahan dilangsungkan maka calon pengantin pria sudah siap dit3empat
sehingga tidak merepotkan pihak keluarga pengantin putri.
Upacara Siraman Siraman
dari kata dasar siram (Jawa) yang berarti mandi. Yang dimaksud dengan siraman
adalah memandikan calon pengantin yang mengandung arti membershkan diri agar
menjadi suci dan murni. Bahan-bahan untuk upacara siraman :
·
Kembang setaman secukupnya
·
Lima macam konyoh panca warna (penggosok badan yang terbuat dari
beras kencur yang dikasih pewarna)
·
Dua butir kelapa hijau yang tua yang masih ada sabutnya.
·
Kendi atai klenting
·
Tikar ukuran ½ meter persegi
·
Mori putih ½ meter persegi
·
Daun-daun : kluwih, koro, awar-awar, turi, dadap srep,
alang-alang
·
Dlingo bengle
·
Lima macam bangun tulak (kain putih yang ditepinnya diwarnai biru)
·
Satu macam yuyu sekandang ( kain lurik tenun berwarna coklat ada
garis-garis benang kuning)
·
Satu macam pulo watu (kain lurik berwarna putih lorek hitam), 1
helai letrek (kain kuning), 1 helai jinggo (kain merah).
·
Sampo dari londo merang (air dari merang yang dibakar di dalam
jembangan dari tanah liat kemudian saat merangnya habis terbakar segera apinya
disiram air, air ini dinamakan air londo)
·
Asem, santan kanil, 2meter persegi mori, 1 helai kain nogosari, 1
helai kain grompol, 1 helai kain semen, 1 helai kain sidomukti atau kain
sidoasih
·
Sabun dan handuk.
Saat akan melaksanakan
siraman ada petuah-petuah dan nasihat serta doa-doa dan harapan yang di
simbulkan dalam:
·
Tumpeng robyong
·
Tumpeng gundul
·
Nasi asrep-asrepan
·
Jajan pasar, pisang raja 1 sisir, pisang pulut 1 sisir, 7 macam
jenang
·
Empluk kecil (wadah dari tanah liat) yang diisi bumbu dapur dan
sedikit beras
·
1 butir telor ayam mentah
·
Juplak diisi minyak kelapa
·
1 butir kelapa hijau tanpa sabut
·
Gula jawa 1 tangkep
·
1 ekor ayam jantan
Untuk menjaga kesehatan
calon pengantin supaya tidak kedinginan maka ditetapkan tujuh orang yang
memandikan, tujuh sama dengan pitu ( Jawa ) yang berarti pitulung (Jawa) yang
berarti pertolongan. Upacara siraman ini diakhiri oleh juru rias (pemaes)
dengan memecah kendi dari tanah liat.
Midodareni
Midodareni berasal dari
kata dasar widodari (Jawa) yang berarti bidadari yaitu putri dari sorga yang
sangat cantik dan sangat harum baunya.
Midodareni biasanya
dilaksanakan antara jam 18.00 sampai dengan jam 24.00 ini disebut juga sebagai
malam midodareni, calon penganten tidak boleh tidur.
Saat akan melaksanakan
midodaren ada petuah-petuah dan nasihat serta doa-doa dan harapan yang di
simbulkan dalam:
·
Sepasang klemuk ( periuk ) yang diisi dengan bumbu pawon,
biji-bijian, empon-empon dan dua helai bangun tulak untuk menutup klemuk tadi
·
Sepasang kendi yang diisi air suci yang cucuknya ditutup dengan
daun dadap srep ( tulang daun/ tangkai daun ), Mayang jambe (buah pinang), daun
sirih yang dihias dengan kapur.
·
Baki yang berisi potongan daun pandan, parutan kencur, laos, jeruk
purut, minyak wangi, baki ini ditaruh dibawah tepat tidur supaya ruangan berbau
wangi.
Adapun dengan selesainya
midodareni saat jam 24.00 calon pengantin dan keluarganya bisa makan hidangan
yang terdiri dari :
·
Nasi gurih
·
Sepasang ayam yang dimasak lembaran ( ingkung, Jawa )
·
Sambel pecel, sambel pencok, lalapan
·
Krecek
·
Roti tawar, gula jawa
·
Kopi pahit dan teh pahit
·
Rujak degan
·
Dengan lampu juplak minyak kelapa untuk penerangan (zaman dulu)
Langkahan berasal dari
kata dasar langkah (Jawa) yang berarti lompat, upacara langkahan disini
dimaksudkan apabila pengantin menikah mendahului kakaknya yang belum nikah ,
maka sebelum akad nikah dimulai maka calon pengantin diwajibkan minta izin
kepada kakak yang dilangkahi.
Ijab atau ijab kabul
adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan pengantin. Secara tradisi
dalam upacara ini keluarga pengantin perempuan menyerahkan / menikahkan anaknya
kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin pria menerima pengantin wanita
dan disertai dengan penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan. Upacara
ijab qobul biasanya dipimpin oleh petugas dari kantor urusan agama sehingga
syarat dan rukunnya ijab qobul akan syah menurut syariat agama dan disaksikan
oleh pejabat pemerintah atau petugas catatan sipil yang akan mencatat
pernikahan mereka di catatan pemerintah.
Panggih (Jawa) berarti
bertemu, setelah upacara akad nikah selesai baru upacara panggih bisa
dilaksanaakan,. Pengantin pria kembali ketempat penantiannya, sedang pengantin
putri kembali ke kamar pengantin. Setelah semuanya siap maka upacara panggih
dapat segera dimulai.
Untuk melengkapi upacara
panggih tersebut sesuai dengan busana gaya Yogyakarta dengan iringan gending
Jawa:
1. Gending Bindri untuk
mengiringi kedatangan penantin pria
2. Gending Ladrang
Pengantin untuk mengiringi upacara panggih mulai dari balangan ( saling melempar
) sirih, wijik ( pengantin putri mencuci kaki pengantin pria ), pecah telor
oleh pemaes.
3. Gending Boyong/Gending
Puspowarno untuk mengiringi tampa kaya (kacar-kucur), lambang penyerahan nafkah
dahar walimah. Setelah dahar walimah selesai, gending itu bunyinya dilemahkan
untuk mengiringi datangnya sang besan dan dilanjutkan upacara sungkeman
Setelah upacara panggih
selesai dapat diiringi dengan gending Sriwidodo atau gending Sriwilujeng. Pada
waktu kirab diiringi gending : Gatibrongta, atau Gari padasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar