Oleh :Rheza
Winahyu / I672012060@student.uksw.edu/MD302B
Beberapa bulan terakhir
perhatian pemerintah dan rakyat Indonesia terfokus pada berbagai bencana yang
melanda negeri ini. Salah satu bencana tersebut adalah banjir di Jakarta.
Bencana banjir sebenarnya bukan
hal baru bagi penduduk Jakarta sebab setiap tahun penduduk di wilayah-wilayah
tertentu di Jakarta selalu mengalami banjir. Hujan beberapa jam saja dengan
curah hujan yang tinggi sudah bisa menyebabkan banjir. Untuk tahun 2014 ini
bencana banjir di Jakarta lebih istimewa dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Kalau di tahun 2013 banjir di
Jakarta lebih luas cakupannya, bahkan istana negara dan bandara pun tak luput
dari serbuan banjir. Namun banjir tahun lalu cepat surut sedangkan di tahun
2014 ini daerah-daerah yang terkena banjir lebih sedikit namun surutnya sangat
lama. Bahkan ada yang satu minggu lebih banjir belum bisa surut, hingga air
banjir berwarna kehijauan, keruh, dan pasti juga berbau. Selain itu ada
beberapa wilayah yang ditahun-tahun sebelumnya tidak terkena banjir, tahun ini
mengalami kebanjiran parah. Lalu apa penyebab banjir di Jakarta begitu parah
tahun ini?
A.
Penyebab
Banjir di Jakarta
Banjir yang terjadi di Jakarta disebabkan oleh banyak faktor,
diantaranya:
1.
Adanya
pemanasan global yang makin parah
Akibat pemanasan global yang semakin parah
di dunia ini, Indonesia ikut menanggung akibatnya. Salah satunya adalah iklim
yang tidak menentu dan curah hujan yang tinggi di berbagai wilayah di
Indonesia, salah satunya di Jakarta.
2.
Curah
hujan yang tinggi
Curah hujan yang sangat tinggi di
Puncak dan Bogor menyebabkan sungai-sungai dan bendungan di sana penuh air dan
air tersebut megalir ke Jakarta. Karena sungai-sungai di Jakarta banyak yang
dangkal akibatnya air kiriman dari Puncak dan Bogor tersebut meluap dan menggenangi berbagai tempat di Jakarta yang
dekat dengan sungai maupun bendungan.
3.
Kebiasaan
penduduk membuang sampah ke sungai
Mengingat begitu banyaknya penduduk di
Jakarta maka tak mengherankan jika masih banyak penduduk yang dengan sengaja
membuang sampah di sungai. Jika ditanya mengapa membuang sampah di
sungai,kebanyakan akan menjawab bahwa mereka tidak punya tempat pembuangan
sampah, jadi sampah yang terpaksa dibuang di sungai. Akibatnya sungai makin
dangkal dan jika curah hujan tinggi, terjadilah banjir karena sungai yang meluap.
4.
Banyaknya
penduduk yang membuat rumah di bantaran dan di atas sungai
Akibat begitu banyaknya rumah yang
didirikan di bantaran sungai bahkan di atas sungai menyebabkan sungai makin
sempit. Jika ada air kiriman dari Puncak dan Bogor atau hujan yang tinggi,
sungai tidak bisa menampung semua air tersebut sehingga meluap dan menggenangi
daerah-daerah sekitarnya.
Menurut penulis, berbagai hal
tersebutlah yang
menyebabkan terjadinya banjir di Jakarta.
B.
Dampak
Banjir di Jakarta
Terjadinya banjir di Jakarta di tahun
2014 ini menimbulkan berbagai dampak baik bagi masyarakat maupun pemerintah.
Dampak-dapak tersebut diantaranya:
1.
Penduduk
terpaksa mengungsi
Karena wilayahnya tergenang air,
ribuan penduduk Jakarta terpaksa mengungsi ke tempat-tempat yang lebih aman. Di
pengungsian mereka harus mau tidur di tempat seadanya serta makan seadanya.
2.
Kerugian
material yang sulit dihitung
Akibat banjir menyebabkan rumah-rumah
penduduk rusak termasuk perabotan rumah. Selain itu karena ditinggal mengungsi
banyak orang kehilangan harta benda karena dicuri orang. Akibat banjir juga dirasakan berbagai
perusahaan di Jakarta, perusahaan-perusahaan tidak bisa beropersi tempat
bekerja karena tergenang
air dan listrik yang mati.
3.
Dampak
psikologis bagi penduduk yang terkena banjir
Masyarakat yang mengalami banjir
banyak yang sedih dan putus asa karena harus tinggal di pengungsian dalam waktu
lama, tidak bisa bekerja, tidak bisa sekolah dan setelah banjir mereda mereka
pun harus membersihkan kembali rumah mereka yang penuh dengan lumpur dan
sampah-sampah akibat banjir.
4.
Pemerintah
harus mengeluarkan dana ekstra untuk membantu korban banjir
Pemerintah Indonesia melalui BNPB
harus mengeluarkan begitu banyak dana untuk mendirikan posko-posko pengungsian,
dapur umum, tenda-tenda, bahan makanan, obat-obatan, tikar, selimut, dan
berbagai keperluan untuk pengungsi.
Itulah berbagai dampak yang timbul akibat terjadinya banjir di Jakarta.
Dari uraian di atas dapat penulis
simpulkan bahwa banjir di Jakarta disebabkan berbagai hal yang kompleks yang sulit
untuk diubah. Sehingga dampak banjir sangat berat dirasakan warga masyarakat
maupun pemerintah DKI Jakarta. Dalam hal ini, saya sebagai penulis tidak hanya
memaparkan penyebab dan dampak dari banjir di Jakarta, tapi penulis juga akan
menawarkan solusi yang diharapkan dapat memecahkan persoalan tentang banjir di
Jakarta ini.
Ada beberapa solusi yang jika
dilaksanakan sesuai dengan aturannya, akan berhasil memecahkan bahkan mencegah
terjadinya banjir di Jakarta. Solusi-solusi tersebut diantaranya adalah :
1.
Setiap
satu minggu sekali diadakan kerja bakti masal bagi seluruh warga penghuni
bantaran sungai dan masyarakat sekitar.
Pentingnya membersihkan areal sungai
dari sampah-sampah rumah tangga yang sengaja di buang di sungai dan juga
terjadinya pendangkalan sungai mengakibatkan arus air yang tidak lancar. Hal
ini tentu saja dapat meningkatkan terjadinya banjir, oleh karena itu
pembersihan sungai dari sampah dan pengerukan sungai sangat dibutuhkan demi
kelancaran arus air. Kerja bakti masal ini sebaiknya diadakan hari minggu dimana sebagian besar orang
libur dari aktifitas kerja sehingga dapat berpartisipasi secara maksimal dalam
kerja bakti ini. Setiap RT diharapkan mengirimkan paling sedikit 75% dari
seluruh kepala keluarga yang menghuni wilayah satu RT tersebut. Sebaiknya
diadakan penjadwalan bagi setiap kepala keluarga dan juga absensi sehingga akan
mudah diketahui siapa saja yang tidak berangkat pada saat kerja bakti masal
tersebut. Bagi mereka yang membolos dari kerja bakti masal tersebut, sebaiknya
dikenakan sangsi berupa denda dengan nominal yang bisa ditentukan sesuai dengan
musyawarah warga. Besarnya denda sebaiknya tidak terlalu sedikit atau murah
sehingga masyarakat tidak menyepelekan kerja bakti masal ini. Uang denda yang
terkumpul, nantinya bisa dimanfaatkan untuk membenahi sarana dan prasarana yang
berguna bagi masyarakat sekitar.
2.
Diadakan
penjagaan di seitar bantaran sungai dan juga patroli keliling untuk menjaga
kebersihan sungai.
Sungai yang bersih setelah diadakan
kerja bakti masal di hari Minggu tidak akan bermanfaat jika masyarakat sekitar
tetap bertahan pada kebiasaan lamanya untuk membuang sampah di sungai. Untuk
menghindari terulangnya kebiasaan masyarakat membuang sampah di sungai, perlu
adanya seorang penjaga di bantaran sungai dekat pemukiman penduduk. Orang ini
bertugas mengawasi siapa-siapa saja yang membuang sampah di sungai, mencatat
nama atau bahkan memfotonya sebagai bukti, lalu menegur satu kali. Bia lain
kali hal itu masih diulangi, maka si penjaga bantaran sungai wajib mendenda
sebesar denda yang telah disetujui bersama. Karena diharapkan si penjaga sungai
ini mampu mengenali warganya, maka diharapkan yang menjadi penjaga sungai
adalah orang yang telah lama tinggal di daerah tersebut atau orang yang
dituakan sehingga masyarakat sekitar hormat kepadanya sehingga segan untuk
mengotori sungai. Tentu saja menjadi penjaga sungai tidak hanya menjaga sungai
dan mengawasinya tetapi juga melakukan patroli di sekitar tempat-tempat dimana
warga sering membuang sampah. Untuk pekerjaannya mengawasi dan berpatroli
itulah penjaga sungai akan menerima upah yang diambil dari denda warga
masyarakat.
3.
Pemerintah
berkoordinasi dengan dinas ketenagakerjaan untuk mendirikan pusat pengolahan
sampah rumah tangga.
Mengingat bantaran sungai yang sudah
berpenjaga, warga masyarakat mungkin menjadi bingung bagaimana cara mereka
membuang sampah rumah tangganya. Hal inilah yang mendasari penulis mempunyai
ide untuk mengumpulkan masing-masing sampah rumah tangga sesuai dengan
jenisnya. Misalnya sampah berbahan dasar plastik dikumpulkan dalam tempat yang
terpisah dengan sampah berbahan dasar kertas, daun, dan sebagainya. Di setiap
RW, pemerintah akan memfasilitasi sebuah area yang nantinya akan digunakan
untuk mengolah sampah. Jika warga sudah memilah sampah berdasarkan jenisnya,
mereka dapat menjual sampah-sampah tersebut ke tempat ini. Selanjutnya, hasil
sampah dari masyarakat akan didaur ulang oleh para pekerja di area tersebut.
Pengolahan sampah ini mempunyai manfaat ganda yaitu sebagai pemecahan masalah
sampah warga dan juga membuka lapangan pekerjaan bagi para pengangguran karena
mereka dapat bekerja di area ini untuk mengolah sampah. Uang hasil pengolahan
sampah menjadi barang-barang daur ulang maupun pupuk, hasilnya akan digunakan
untuk membeli sampah warga dan juga membayar upah para pekerja di pengolahan
sampah tersebut.
4.
Pemerintah
harus menindak tegas para pemilik bangunan yang melanggar tata kota.
Sering kita jumpai, wilayah yang
seharusnya untuk penghijauan ataupun taman kota, berubah menjadi tempat
perbelanjaan modern maupun hunian masyarakat. Hal ini tentu menyebabkkan
terganggunya peresapan air hujan, sehingga dapat meningkatkan potensi banjir.
Pemerintah harus tegas memberikan sanksi kepada para pemilik bangunan-bangunan
tersebut untuk segera membongkar bangunan mereka. Jika solusi 1 sampai 3 selalu
berhubungan dengan uang, dalam hal ini pemberlakuan denda dianggap tidak akan
menyelesaikan masalah, karena biasanya para pemilik bangunan yang melanggar
tata kota ini adalah kaum berduit yang uangnya tidak akan habis untuk membayar
denda. Jika mereka tahu bahwa sanksi dari bangunan yang melanggar tata kota
hanyalah sebatas denda, mereka akan melakukan hal yang sama dengan membangun
bangunan yang melanggar tata kota di tempat lainnya.
Penulis percaya dengan melakukan
hal-hal tersebut di atas dengan rutin dan cermat, maka masalah banjir di
Jakarta bisa diminimalisir atau bahkan bisa dihindari sama sekali. Selanjutnya
penulis berharap bahwa masyarakat Jakarta akan dapat merubah kebiasaannya
membuang sampah di sungai dan mulai belajar dari pengalamannya terkena banjir
setiap tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar