Oleh:
Imanuel
Wahyu Prasetyo (212012011)
MD 302 B
Bab I
Pendahuluan
A. LATAR BELAKANG
Globalisasi merupakan proses tatanan masyarakat yang
tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi dapat mempengaruhi kehidupan
berbangsa dan bernegara baik secara langsung maupun tidak langsung. Globalisasi
tidak hanya menjadi tantangan, tetapi juga sekaligus merupakan peluang untuk
lebih mengetahui kehidupan lain di berbagai belahan dunia.
Globalisasi tentunya membawa dampak bagi kehidupan
suatu negara termasuk Indonesia. Dampak globalisasi tersebut meliputi dampak
positif dan negatif diberbagai bidang kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan
budaya yang akan berpengaruh pada semangat mewujudkan nilai-nilai
nasionalisme bangsa.
Semangat nasionalisme merupakan salah satu modal utama
yang harus dimiliki bangsa Indonesia dalam menghadapi ancaman-ancaman ketahanan
nasional terutama globalisasi. Disadari atau tidak, nasionalisme bangsa
memberikan pengaruh yang besar bagi kemajauan suatu bangsa tersebut.
Untuk memahami kaitan antara globalisasi dan
nasionalisme bangsa, maka makalah ini berusaha menjelaskan terlebih
dahulu mengenai pengertian nasionalisme, gambaran nasionalisme bangsa Indonesia
saat ini, serta pengaruh globalisasi.
B. RUMUSAN MASALAH
- Apa yang dimaksud dengan globalisasi dan nasionalisme?
- Bagaimana wujud nasionalisme Bangsa Indonesia saat ini?
- Bagaimana pengaruh dari globalisasi terhadap nasionalisme Bangsa Indonesia?
- Bagaimana cara menyikapi dampak globalisasi terhadap nasionalisme?
C. TUJUAN
- Untuk menjabarkan pengertian dari globalisasi dan nasionalisme.
- Untuk menggambarkan wujud nasionalisme Bangsa Indonesia saat ini.
- Untuk mengetahui pengaruh dari globalisasi terhadap nasionalisme Bangsa Indonesia.
- Untuk mengetahui cara menyikapi dampak globalisasi terhadap nasionalisme.
Bab II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Globalisasi dan Nasionalisme
Menurut asal
katanya, kata “globalisasi” diambil dari kata global, yang maknanya ialah
universal. Achmad Suparman
menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (benda atau
perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh
wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar
definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang
melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses
sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di
dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau
kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan
budaya masyarakat.
Di sisi lain,
ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh
negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif
atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah
kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya
praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak
berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh
besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang
lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama
kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Scholte melihat bahwa ada beberapa definisi yang dimaksudkan orang
dengan globalisasi:
- Internasionalisasi: Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional. Dalam hal ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi semakin tergantung satu sama lain.
- Liberalisasi: Globalisasi juga diartikan dengan semakin diturunkankan batas antar negara, misalnya hambatan tarif ekspor impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi.
- Universalisasi: Globalisasi juga digambarkan sebagai semakin tersebarnya hal material maupun imaterial ke seluruh dunia. Pengalaman di satu lokalitas dapat menjadi pengalaman seluruh dunia.
- Westernisasi: Westernisasi adalah salah satu bentuk dari universalisasi dengan semakin menyebarnya pikiran dan budaya dari barat sehingga mengglobal.
- Hubungan transplanetari dan suprateritorialitas: Arti kelima ini berbeda dengan keempat definisi di atas. Pada empat definisi pertama, masing-masing negara masih mempertahankan status ontologinya. Pada pengertian yang kelima, dunia global memiliki status ontologi sendiri, bukan sekadar gabungan negara-negara
Nasionalisme adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara
sendiri serta kesadaran anggota dalam suatu bangsa yang secara potensial atau
aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabdikan identitas,
integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa.
Nasionalisme menurut pendapat para ahli adalah sebagai
berikut :
- Joseph Ernest Renan mengatakan bahwa nasionalisme adalah sekelompok individu yang ingin bersatu dengan individu-individu lain dengan dorongan kemauan dan kebutuhan psikis. Sebagai contoh adalah bangsa Swiss yang terdiri dari berbagai bangsa dan budaya dapat menjadi satu bangsa dan memiliki negara.
- Otto Bauer mengatakan bahwa nasionalisme adalah kesatuan perasaan dan perangai yang timbul karena persamaan nasib, contohnya nasionalisme negara-negara Asia
- Hans Kohn nasionalisme adalah suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi inividu harus diserahkan kepada negara kebangsaan. dan bangsa.
- Louis Snyder mengemukakan nasionalisme adalah hasil dari faktor-faktor politis, ekonomi, sosial dan intelektual pada suatu taraf tertentu dalam sejarah. Sebagai contoh adalah timbulnya nasionalisne di Jepang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nasionalisme adalah kecintaan
alamiah terhadap tanah air, kesadaran yang mendorong untuk membentuk kedaulatan
dan kesepakatan untuk membentuk negara berdasar kebangsaan yang disepakati dan
dijadikan sebagai pijakan pertama dan tujuan dalam menjalani kegiatan
kebudayaan dan ekonomi.
Jiwa nasionalisme akan tumbuh di tengah masyarakat
ketika ada sesuatu yang mengganggu atau mengancam dirinya. Jiwa nasionalisme
ini terjadi saat manusia mulai hidup bersama dalam suatu wilayah tertentu dan
tak berpindah-pindah. Saat itu, tentu akan tumbuh naluri untuk mempertahankan
negerinya, tempat hidupnya, dan menggantungkan diri. Hal yang serupa juga
tampak pada hewan. Saat ada ancaman dari pihak luar yang hendak menyerang atau
mengganggu mereka, maka tumbuhlah semangat untuk dapat mempertahankan diri dari
segala ancaman. Namun, ketika suasanya sudah kembali aman, semangat itu akan
menghilang.
B. Nasionalisme Bangsa Indonesia Saat Ini
Menurut James G.Kellas (1998: 4), nasionalisme merupakan suatu bentuk
ideologi. Seseorang yang memiliki jiwa nasionalisme akan merasa menjadi bagian
dari suatu bangsa. Walaupun orang tersebut sedang berada di luar wilayah,
namun akan tetap memiliki ikatan yang kuat pada daerah asalnya. Begitu pula
dengan bangsa Indonesia. Walaupun orang tersebut sedang berada di luar negeri,
tentu akan ada rasa memiliki terhadap Negara Indonesia.
Nasionalisme Indonesia pada awalnya muncul karena
adanya kolonialisme. Penjajahan yang dilakukan oleh Jepang dan Belanda dan
penderitaan yang harus dirasakan akibat terjajah telah mampu melahirkan
semangat kebersamaan sebagai satu kesatuan yang harus bangkit dan hidup menjadi
bangsa merdeka.
Diakui atau tidak saat
ini semangat nasionalisme bangsa Indonesia semakin berkurang. . Semangat
nasionalisme yang dulu pernah berkobar di dalam jiwa bangsa Indonesia ketika
melawan penjajah, nampaknya kini telah sirna bersama jasad para pahlawan dan
pejuang kemerdekaan.
Tak ada lagi semangat-semangat nasionalisme dalam
diri bangsa Indonesia. Mereka seakan lupa akan perjuangan para
pahlawan-pahlawan bangsa yang telah mengorbankan harta benda dan nyawa serta
keluarga mereka. Sungguh besar jasa mereka, sungguh tinggi jiwa nasionalisme
mereka.
Hal ini sangat bertolak belakang dengan kondisi bangsa
Indonesia pada masa sekarang ini. Tidak ada lagi jiwa nasionalis yang dapat
ditunjukan kita, kita seakan malah menganggap remeh mereka para pejuang yang
telah berjasa kepada kita. Hal ini dapat kita lihat dari perhatian pemrintah
terhadap nasib para veteran . Kita terlalu sibuk dengan kehidupan diri kita
sendiri tanpa memikirkan nasib orang lain di sekitar kita.
Semangat nasionalisme
merupakan salah satu modal utama yang harus dimiliki bangsa Indonesia dalam
menghadapi ancaman-ancaman ketahanan nasional sebagai dampak negatif
globalisasi. Tanpa adanya semangat nasionalisme, maka akan timbul perpecahan
dan disintegrasi bangsa Indonesia. Tanpa adanya semangat nasionalisme dalam
setiap jiwa bangsa Indonesia, maka akan dengan mudah bangsa lain
mengobrak-abrik bahkan menjajah kembali Indonesia. Tentu saja ini semua tidak
kita inginkan terjadi, walaupun sebenarnya kini sudah mulai muncul tanda-tanda
akan hal itu. Hal terbaik yang perlu kita lakukan adalah memunculkan kembali
semangat nasionalisme untuk bersatu melawan segala ancaman yang akan mengancam
integritas kita sebagai bangsa Indonesia
C. Pengaruh Globalisasi terhadap Nasionalisme Bangsa Indonesia
Salah satu faktor kuat yang terus mengikis nasionalisme bangsa Indonesia
adalah globalisasi. Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang
mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah
suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti
oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan
menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. (Edison A. Jamli
dkk. Kewarganegaraan. 2005).
Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain- lain.
Teknologi informasi dan komunikasi memberikan peran yang sangat penting bagi
berlangsungnya proses globalisasi.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu
negara termasuk Indonesia. Globalisasi mempunyai pengaruh yang positif dan juga
pengaruh negatif, dimana pengaruh-pengaruh tersebut tidak secara langsung
berpengaruh terhadap nasionalisme. Namun secara keseluruhan dapat menimbulkan
rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau hilang. Sebab
globalisasi mampu membuka pandangan masyarakat secara global.
Dampak Positif Globalisasi Terhadap Nasionalisme
a) Bidang Politik
Dari segi politik, globalisasi akan memberikan pengaruh positif pada
pemerintahan sehingga dapat dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena
pemerintahan merupakan bagian terpenting dari suatu negara, maka apabila
pemerintahan dijalankan secara baik tentunya akan mendapat tanggapan positif
dari rakyat. Wujud tanggapan tersebut dapat berupa semangat nasionalisme
terhadap bangsa dan negara.
b) Bidang Ekonomi
Dari aspek ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan
kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut
akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional
bangsa.
c) Bidang sosial budaya
Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik
seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang
sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan
bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.
Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Nasionalisme
a) Globalisasi dapat memberikan pandangan pada masyarakat bahwa
liberalisme dapat membawa perubahan yang baik pada mereka. Sehingga tidak
menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi
liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan
hilang.
b) Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk
dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola,
Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap
produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat
kita terhadap bangsa Indonesia.
c) Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas
diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya yang cenderung meniru
budaya barat.
d) Mengakibatkan
adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya
persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu
lain yang stagnan. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya
dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.
e) Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian
antarperilaku sesama warga. Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju
membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam
beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial. Dengan
adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan berbangsa
dan bernegara.
Pengaruh- pengaruh di atas memang tidak secara langsung berpengaruh
terhadap nasionalisme. Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa
nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau hilang. Sebab globalisasi
mampu membuka pandangan masyarakat secara global. Apa yang di luar negeri
dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di
negara kita. Jika terjadi maka akan menimbulkan dilematis. Bila dipenuhi belum
tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan
dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan
nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme Dikalangan Generasi
Muda
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti
selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang
minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan.
Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan
kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata
orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya.
Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan
pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa
batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah
menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu
kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat
kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak
semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja,
ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat
menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan
handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal
sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan.
Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak
sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan
tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda
tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara
golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena
tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap
masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa
akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme?
Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh
negatif globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu
diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap
nilai nasionalisme.
D. Cara Menyikapi Dampak Negatif Globalisasi
Pada masa sekarang ini satu hal yang perlu dibenahi oleh bangsa
Indonesia adalah mentalitas warga masyarakatnya. Sikap mental yang kuat dan
konsisten serta mampu mengeksplorasi diri adalah salah satu bentuk konkrit yang
dibutuhkan bangsa Indonesia pada saat ini. Saat ini memang bangsa
Indonesia sedang mengalami masa-masa keterpurukanya dalam dunia internasional.
Krisis multidimensi yang di barengi dengan krisis ekonomi yang
berkepanjanganlah yang menyebabkan kegoncangan dan keterpurukan mental
Indonesia. Bangsa Indonesia yang pada masa dahulu terkenal dengan kebudayaan
yang begitu eksklusif dan memukau serta penduduk yang ramah-tamah di dukung
juga oleh kondisi geografis yang sangat strategis dan dikaruniai tanah yang
subur, sekarang justru berubah180 drajat. Hal ini tidak lepas dari mentalitas
warga pendukung yang sangat lemah.
Globalisasi merupakan suatu proses yang tak terelakkan. Kita tidak
mungkin mengabaikan serta menghentikan proses globalisasi. Agar dampak
globalisasi tidak merusak kehidupan masyarakat maka kita harus mengetahui sisi
positifnya, sehingga kita dapat memanfaatkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dampak negatif globalisasi globalisasi dapat mempengaruhi tingkah laku
kita dalam kehidupan sehari – hari. Untuk itu kita harus dapat menentukan sikap
dalam menghadapi globalisasi , khususnya dari pengaruh negatif.
Beberapa contoh sikap untuk menghadapi dampak negatif
dari globalisasi misalnya :
- Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya terutama dengan memperkuat keimanan kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
- Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
- Belajar tekun agar menjadi manusia yang berguna dan dapat membedakan perilaku yang benar dan salah.
- Memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
- Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri.
- Mempertimbangkan setiap perbuatan agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.
- Menggunakan waktu dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.
- Bergaul dengan orang-orang yang berakhlak baik dan tidak terpengaruh terhadap lingkungan dan pergaulan buruk.
- Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.
- Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.
A. Kesimpulan
Nasionalisme adalah rasa cinta terhadap tanah air, kesadaran yang mendorong
seseorang untuk membentuk kedaulatan dan kesepakatan membentuk negara
berdasar kebangsaan dan dijadikan sebagai pijakan pertama dan tujuan dalam
menjalani kegiatan kebudayaan dan ekonomi.
Nasionalisme Indonesia
muncul karena adanya kolonialisme. Penjajahan dan penderitaan yang dialami
memunculkan semangat untuk bersatu melawan segala bentuk pejajahan. Berdirinya
Boedi Oetomo (1908) menjadi tanda kebangkitan nasionalisme Indonesia yang
kemudian diikuti organisasi-organisasi nasional lainnya. Pada kurun waktu
1945-1950, jiwa nasionalisme diperteguh oleh semangat mempertahankan
kemerdekaan, serta persatuan dan kesatuan Indonesia.
Hal itu sangat
bertolak belakang dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini. Semangat
nasionalisme bangsa Indonesia semakin berkurang. Kita terlalu menganggap remeh
mereka para pejuang yang telah berjasa kepada kita. Bangsa Indonesia sedang
mengalami masa-masa keterpurukan dalam dunia internasional.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu
negara termasuk Indonesia. Globalisasi mempunyai pengaruh yang positif dan juga
pengaruh negatif. Pengaruh-pengaruh tersebut tidak secara langsung berpengaruh
terhadap nasionalisme. Namun secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa
nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau bahkan hilang.
Cara menyikapi dampak
globalisasi terhadap nasionalisme adalah kita perlu memahami pentingnya
nasionalisme untuk menjaga integritas kita sebagai bangsa Indonesia. Bangsa
Indonesia perlu membenahi mentalitas warga masyarakatnya.Sikap mental yang kuat
dan konsisten adalah salah satu bentuk konkrit yang dibutuhkan bangsa
Indonesia pada saat ini. Bangsa Indonesia harus bangkit kembali dengan
semangat nasionalisme yang lebih besar lagi untuk menghadapi globalisasi. Kita
juga perlu menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik-
baiknya; memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangsa; selektif terhadap
pengaruh globalisasi di segala bidang.
B. Saran
Globalisasi memang tidak bisa dihindari. Jika kita menghindari justru
akan menjadi manusia yang primitif lagi. Tetapi sebaiknya selektif terhadap
pengaruh globalisasi. Dapat membedakan mana yang memberikan pengaruh baik dan
mana yang memberikan pengaruh buruk bagi kita. Kita harus membekali diri dengan
kepribadian yang kuat agar tidak mudah begitu saja terpengaruh dengan dampak
negatif globalisasi. Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan
sebaik- baiknya terutama dengan memperkuat keimanan kita terhadap Tuhan Yang
Maha Esa adalah cara terbaik untuk tidak mudah terpengaruh dari arus globalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, Saroji dan Asy’ari.2006.Pendidikan
Kewarganegaraan.Jakarta : Erlangga.
http://afand.abatasa.com/post/detail/2761/dampak-positif-dan-dampak-negatif–globalisasi-dan-modernisasi diakses pada 2 Oktober 2011
http://hankam.kompasiana.com/2010/09/24/nasionalisme-bangsa-vs-globalisasi/ diakses pada 29 September 2011
http://khukus.multiply.com/journal/item/28/NASIONALISME diakses pada 30 September 2011
http://www.gusbud.web.id/2010/01/dampak-globalisasi-ekonomi-dan-pengaruh.html diakses pada 30 September 2011
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=7124 diakses pada 29 September 2011
Jamli, Edison dkk.Kewarganegaraan.2005.Jakarta: Bumi Akasara
Kohn, Hans.1984. Nasionalisme Arti dan Sejarahnya.Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Sunarso, dkk.2008.Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta : UNY Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar