Oleh : Valen Grace / 802012050 / MD302A
Dena Rahman atau yang mungkin kita kenal dengan Reynaldi adalah salah satu penyanyi cilik pada tahun 1999 dan awal 2000 akhir-akhir ini menghebohkan masyarakat dan mencuri perhatian publik dengan kasusnya yang melakukan transgender, beralih dari laki-laki ke wanita.
Saya sangat
tertarik dengan keputusan yang di lakukan oleh Reynaldi, dimana dia berani
mengambil suatu keputusan besar dalam
kehidupannya yaitu melakukan transgender yang bagi sebagian besar masyarakat
itu adalah hal yang tabu,aib dan dosa. Dena mengaku bahwa selama ini Ia adalah
seorang wanita yang terjebak dalam tubuh lelaki. Ia sudah merasakan bahwa Ia
adalah seorang wanita sejak berumur 5 tahun. Hal ini terbukti dari caranya
berpakaian yang cenderung feminim dan cara bicaranya yang kemayu.
Selama belasan
tahun Dena atau Reynaldi mengalami konflik batin tentang apa yang dia rasakan.
Ada satu sisi yang menginginkan dia untuk merubah identitas dirinya serta jadi
dirinya dari seorang laki-laki menjadi seorang perempuan. Dalam konteks psikologi
satu sisi ini disebut id. Tetapi disisi lain, Dena merasa takut terhadap reaksi
lingkungannya, terhadap nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungannya, bagaimana
reaksi keluarganya, bagaimana tanggapan teman-temannya, yang dalam konteks
psikologi sisi ini disebut super ego. Selama belasan tahun Dena mengalami
konflik antara id dan superego dan sampai pada akhirnya ia memutuskan untuk
menjadi seorang wanita ( id yang dimiliki oleh Dena menang) dan melakukan
transgender. Tapi setelah Ia mengambil keputusan besar seperti itu,masalah lain
timbul seperti pertentangan dengan kelurganya,teman-teman yang mencibirnya,
orang yang tidak tau masalahnya dan ikut-ikut berkomentar tentang kehidupannya.
Apa yang di rasakan Dena saat itu ? setelah mengalami konflik batin,
selanjutnya dia mengalami konflik dengan lingkungannya atas keputusan yang di
buatnya. Tentu in bukanlah hal yang mudah bagi seorang Dena. Dimana Dia
disalahkan atas keputusan tentang hidupnya sendiri. Saya menggaris bawahi kata
“hidupnya sendiri”.
Berbagai cara
dilakukan Dena untuk mengubah identitas dirinya dari seorang laki-laki menjadi
seorang perempuan salah satunya dengan melakukan terapi hormon dengan
mengkonsumsi pil. Dena mengkonsumsi pil untuk menekan hormon testoteron yang
dia miliki dan merangsang hormon estrogen. Disisi lain Dena mengakui bahwa
kadang dia sering merasa bahwa ia seperti perempuan pada umumnya yang mengalami
PMS (pre-menstrua syndrome).
Keluarga Dena
syok dan menentang keras keputusan yang di ambilnya. Keluarganya merasa bahwa
itu adalah keputusan yang keliru, salah dan menentang norma dan nilai yang
berlaku baik di lingkungan maupun dalam konteks agama. Disini terjadi
kesenjangan antara fungsi keluarga yang dimana keluarga berfungsi untuk mengsuport
anggota keluarganya tetapi disatu sisi juga keluarga terikat oleh norma dan
nilai yang dianut.
Butuh waktu
lama bagi Dena untuk menyakinkan keluarganya tentang keptusan berat yang telah
di ambilnya dan butuh waktu lama juga bagi keluarga Dena untuk memahami
menerima dan mendukung keputusan yang telah di ambil oleh Dena. Pada akhirnya
keluarganya pun mendukung setiap langkah yang di pilih oleh Dena. Masalah lain
yang muncul adalah bagaimana tanggapan dan reaksi lingkungan serta masyarakat
dengan keputusan yang di pilih oleh Dena. Sosok Dena yang pada masa kecil
adalah seorang penyanyi cilik bernama Reynaldi ternyata tidak memudahkan Dena
dalam menjalani kehidupannya yang baru sebagai wanita dan justru mempersulit
dia. Publik dan masyarakat umum banyak yang mengetahui tentang idola cilik
mereka memberikan komentar dan pendapat yang didalamnya tersirat kekecewaan,
dan bahkan ada yang menghakimi sambil mengatakan bahwa itu adalah dosa
besar,aib dan sebagainnya.
Saya sangat
menyayangkan reaksi publik terlalu berlebihan dan cenderung menghakimi.
Pantasakah kita yang pada hakekatnya hanya orang biasa yang tidak mempunyai
hubungan ataupu ikatan dan pengaruh
dalam kehidupan Dena ikut memberikan komentar yang tajam tanpa melihat alasan
dan memahami maksud dari keputusan yang dibuat Dena tersebut ?
Menurut saya
seharusnya kita sebagai masyarakat biasa,sebagai coustumer berita lebih kritis
dalam melihat berita yang terjadi dilingkungan sekitar dan lebih mencoba
memahami posisi orang lain sebelum kita memberikan kritik terhadap orang
tersebut. Tidak sampai disitu saja,kebanyakan dari kita hanya mau
mengkritik,menghakimi tanpa memberikan solusi yang tepat bagi orang lain.
Padahal ada baiknya setelah kita mengkritik, kita juga harus mampu memberikan
saran atau solusi terbaik yang kita punya atas masalah orang yang kita kritik.
Berpendapat boleh tapi usahakan jangan sampai menghakimi sesuatu yang kitapun
tidak punya dasar yang kuat atas hal itu.
Balik lagi pada
kasus Dena, saya sangat salut atas ketegaran hati dan rasa tanggung jawab yang
dia miliki. Dena tegar dengan segala penolakan yang diterimanya mulai dari
keluarganya sampai orang-orang yang tidak mengenali dia. Dena mampu menunjukan
bahwa saat ini ia baik-baik saja dengan segala keputusan dan keadaannya sekarang,
Ia mampu bertanggung jawab atas pilihan hidupnya, hal ini ditunjukannya dengan
tampil di depan public dengan identitas barunya.
Lewat kasus
Dena, saya belajar banyak tentang apa itu resiko dalam setiap keputusan yang
akandi ambil, bagaimana harus bersikap saat orang lain menghakimi keputusan
atas hidup kita sendiri.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar