Oleh : Anton Salim / 672011055 / MD302A
Email : 672011055@student.uksw.edu
Nasionalisme menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah paham untuk mencintai bangsa dan Negara sendiri,
politik untuk membela pemerintahan, dan sifat kenasionalan. Nasional itu
sendiri berkembang dalam berbagai bentuk, atas kewarganegaraan, etnis,
romantic, budaya, dan agama. Dan kedua kesadaran
keanggotaan dalam suatu bangsa yang potensial atau aktual bersamasama mencapai,
mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan
kekuatan bangsa itu yakni semangat kebangsaan.
Nasionalisme menurut
beberapa ahli seperti; “A principle which holds that the political
and national unit should be congruent” (Gellner, 1983) yang artinya sebuah
asas yang mana memegang unit politik dan nasional haruslah kongruen atau
sama. “First, nationalism does provide a principle of legitimacy that
underpins the modern state system” (Halliday 1997, 450). Artinya, sebuah
negara bisa dan harus mewakili masyarakat mereka serta memberikan pengakuan,
sebagai timbal balik atas rasa nasionalisme yang diberikan masyarakat. Namun
definisi sederhana dari nasionalisme itu sendiri adalah suatu rasa memiliki
atau sense of belonging, kecintaan, atau kesetiaan pada negara atau bangsa
maupun tanah air yang membuat kita rela mati demi hal-hal tersebut. Itu
merupakan penjabaran yang umum dari nasionalisme itu sendiri (Wardhani, 2012).
Ilmu
bahasa-bahasa (filologi) juga menyoroti kenyataan bahwa, jauh dari suatu data
universal tentang pengalaman manusia, konsep "nasionalisme" dengan
implikasi revolusioner populisnya memiliki suatu sejarah yang banyak nuansanya
seperti kita berpindah dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Bahkan dalam
bahasa-bahasa yang sudah meminjamnya, seperti Jerman atau Polandia,
nasionalisme mendapat konotasi yang spesifik. Sementara kultur-kultur yang pada
dua ratus tahun terakhir ini memunculkan padanan untuk kata nasionalisme yang
dikembangkan sendiri dengan akar linguistik pribumi. Dengan melakukan hal ini
sepenuhnya karena dipengaruhi oleh kontak dengan Barat dan modernisasi. Dengan
demikian, munculnya konsep nasionalisme merupakan suatu tes lakmus yang bisa
diandalkan bagi pengaruh semacam itu. Dalam proses menciptakan konsep ini,
mereka menambahkannya dengan bayang-bayang makna yang khas dari kultur tertentu
dan tidak dapat diterjemahkan.
Nasionalisme adalah satu
paham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara (dalam
bahasa Inggris "nation") dengan mewujudkan satu konsep identitas
bersama untuk sekelompok manusia. Nasionalisme dalam perkembangnnya mempunyai
berbagai macam bentuk, antara lain nasionalisme berdasarkan atas
kewarganegaraan, nasionalisme berdasarkan etnis, nasionalisme berdasarkan
romantic, nasionalisme berdasarkan budaya, nasionalisme berdasarkan kenegaraan
dan nasionalisme berdasarkan agama. Nasionalisme merupakan suatu ideologi yang memiliki
kekuatan pengaruh yang menggerakkan, perasaan menjadi bagian dari sesuatu dan
berfungsi membangun perasaan bagi suatu komunitas nasional. Pada penyebar
ideologi ini mengatributkan kepada negara mereka suatu identitas kultural yang
khas yang menetapkan bahwa negara itu terpisah dari negara-negara lain dan
memberikan suatu tempat khusus di dalam proses historis. Definisi ini, selain
kompleks, secara artifisial juga masih menyederhanakan fenomen nasionalisme
dengan memisahkan ke dalam unsur-unsur komponen yang berbeda yang pada dasarnya
bersama-sama sangat erat bertalian.
Nasionalisme itu sendiri
terbagi atas dua hal, yakni civic nationalisme sertaethnic
nationalism. Pengertian dari civic nasionalisme ialah komunitas yang tidak
terbagi berdasarkan suku, ras, maupun agama, namun mereka disatukan atas
persamaan nasib, serta rasa saling memiliki atas suatu bangsa. Nasionalisme dapat menjadikan power bagi
suatu Negara,
Seperti negara - negara yang menjunjung tinggi hak dekolonisasi, antara lain Indonesia.
Nasionalisme menjadi peran penting dimana bangsa Indonesia dapat survive
dan dapat menjadi alat untuk menyatukan sebagai sebuah negara. Berbeda dengan etnis
nasionalisme yang komunitasnya terbagi atas masing-masing kepercayaan, suku,
ras, dan lain-lain. Etnis nasionalisme merupakan keadaan
dimana suatu bangsa di sebuah negara menjunjung etnosentrisme, dan
menginginkan adanya pelepasan suatu bangsa dari suatu Negara. Dan
sama seperti yang lain, nasionalisme pun memiliki dua sisi yang berbeda. Di
satu sisi, ia bisa menimbulkan efek yang positif. Namun di sisi lain, ia juga
bisa menimbulkan dampak negatif. Nasionalisme bisa menyatukan, tetapi bukan
tidak mungkin juga bisa memunculkan perpecahan.
Selain 2 faktor tersebut
menurut Halliday (1994) ada satu faktor yang juga mampu memberikan ancaman dan
memberikan kedaulatan bagi sebuah negara secara tidak langsung, faktor tersebut
adalah globalisasi. Seperti yang kita ketahui bahwa globalisasi secara langsung
ataupun tidak langsung telah
mengakar kuat dalam setiap masyarakat. Globalisasi sendiri memiliki efek yang
mampu mengugurkan rasa nasionalisme dari masyarakat. Selain itu, globalisasi
mampu memberikan rasa nasionalisme yang kuat jika digunakan semestinya.
Nasionalisme apakah dapat
dijadikan suatu ideologi politik untuk melawan arus globalisasi sekarang ini?
Pertanyaan ini menjadi pembicaraan di kalangan para aktivis gerakang. Tentu
saja soal ini tergantung dari kekuatan makna yang menjadikan nasionalisme itu
sebagai senjata perlawanan. Bila rakyat yang teroganisir yang mendifinisikan
dan melawan kepentingan global dalam bahasa nasionalisme, maka nasionalisme
dapat didorong menjadi progresif dalam rangka menghadapi penetrasi kapitalisme
global. Wujud praktis dari nasionalisme progresif tersebut adalah manajerial
kepentingan ekonomi yang dikelola atau paling tidak ditentukan oleh kepentingan
kelas mayoritas, bukan sekedar pada pergantian manajerial belaka, dari yang
kubu neolib kepada kubu nasionalis.
Nasionalisme progresif yang
menentang kapitalisme global juga akan mencegah suatu chauvinism atau
penunggangan nasionalisme oleh borjuasi nasional yang juga sedang dikalahkan
oleh kapitalisme global, tapi tidak mempunyai daya untuk melawannya. Para
borjuasi yang kalah bertarung ini, kerap menggunakan sentiment nasionalisme
untuk melawan modal asing, bukan melawan kapitalisme itu sendiri.
Peran
kontradiktif nasionalisme adalah salah satu paradoks terbesar di dalam sejarah
abad 21. Dalam melayani negara dan kekuatan reaksioner, ideologi nasionalisme
mendorong dan melegitimasi beberapa dari kejahatan terburuk di abad ini. Selain itu, atas nama pembebasan nasional, rakyat yang
dijajah mendapatkan kemerdekaannya, dan beberapa dari pergerakan sosialis
revolusioner. Paradoks lain yang membingungkan: meskipun nasionalisme telah
menjadi faktor dominan dan membentuk politik di abad 20, revolusi terhebat pada
masa kita, yakni Oktober 1917, tak berhutang apapun terhadap nasionalisme dan
secara terang-terangan diarahkan melawan ‘pertahanan nasional atas Tanah Air.
Sedangkan disamping itu
internasionalisme merupakan tradisi yang tak dapat dipisahkan dari sejarah
gerakan di berbagai negeri, kita bisa melihat gerakan di dunia ini, selalu
berusaha memperluas gerakan dengan mencari kolaborator di berbagai negara,
terlepas dari manuver negara imperialis untuk meblokade dan mengisolir, kita
juga tak bisa mengabaikan kenyataan sejarah yang mengajukan bahwa sosialisme
tidak bisa direalisaskan hanya dalam satu negara, karena kita tidak bisa
bertahan sendirian dari serangan kapitalisme yang masih memblokade. Internasionalisme juga merupakan paham global (
universal ) yang dibentuk oleh masyarakat dunia yang menginginkan hubungan
antar warga Negara atau sesama manusia lebih kuat, suatu emosi jiwa yang
membentuk perasaan satu komunitas tida kmelihat suku, agama yang
dianutnya. Dalam pengertian umum, internasionalisme ini hamper sama pengertiannya
dengan nasionalisme, yaitu membutuhkan adanya pengakuan terhadap
pertalian-pertalian antar sesame manusia di dunia dalam arti yang sama denagn
nasionalisme yang membutuhkan penagkuan terhadap pertalian antar orang yang
hidup di Negara tertentu. Internasionalisme terbentuk dari hubungan
internasionalisme ( menurut Jeremy Bantham, hubungan internasionalisme adalah
suatu ilmu hubungan internasional yang merupakan satu kesatuan disiplin
nasional dan memiliki ruang lingkup dan konsep dasar ) contoh hubungan
internasional adalah kebijaksanaan luar negeri, yang mana tujuan dari
kebijaksanaan luar negeri tersebut adalah :
1.
Mempertahankan integrasi Negara agar tidak terpecah belah
2.
Meningkatkan kepentingan ekonomi sehingga kesejahteraan rakyat itu bisa
terjamin
3.
Menjamin keamanan nasional agar tidak terjadi kerusuhan
4.
Melindungi martabat nasional, dengan cara menjaga nama baik bangsa
5.
Membangun kekuasaan
Adapun factor-faktor yang
mengkondisikan kebijaksanaan laur negeri itu sendiri adalah :
1.
Faktor geografis
2.
Faktor kependudukan
3.
Dinamika kependudukan
4.
Faktor sumber daya ekonomi
5.
Faktor ideology
Di Indonesia tidak hanya
terlibat aktif dalam internasionalisme rakyat tertindas, tapi juga memberikan
kontribusi pemikiran penting dalam perjuangan rakyat tertindas, dalam contohnya
keterlibatan rakyat Indonesia sejak berdirinya PKI pada tahun 1923 yang tidak
dapat dipisahkan dari pembangunan dan revolusi saat penjajahan berlangsung. Di sisi lain, bukanlah sebuah bentuk rekonsiliasi antara
Nasionalisme dengan Internasionalisme dalam kata-kata, melainkan sebuah bentuk
aksi revolusioner internasional. Transformasi
terhadap dunia lama kini sedang berlangsung dengan cepat. Internasionalismenya
merupakan pertimbangan praktis terhadap peristiwa-peristiwa bersejarah serta
merupakan adaptasi praktis terhadap alurnya di tingkatan-tingkatan
internasional dan untuk tujuan-tujuan internasional.
Sedangkan Lenin mengajukan
internasionalisme proletar, yaitu solidaritas dan kesatuan seluruh bangsa
melawan eksploitasi kapitalis, yang menjadi paham global dibentuk oleh
masyarakat dunia yang menginginkan hubungan antar warga negara lebih kuat.
Internasionalisme
dapat digambarkan sebagai suatu pergerakan politik yang mendorong suatu
kerjasama ekonomi dan politik zang lebih luas antarnegara yang secara teori
dapat diarahkan untuk suatu keutungan bersama. Pada tahap yang lebih jauh, ada
elemen internasionalis yang mencanangkan Gerakan Federalist Dunia yang meyakini
bahwa kerjasama internasional lebih dikemukakan karena kepentingan bersama
jangka panjang yang lebih baik dari kepentingan nasional. Internasionalisme mengasumsikan bahwa semua bangsa diakui
setara terlepas dari perbedaannya.
internasionalisme
sebagai sesuatu yang ideal dan baik sebagai pendorong (asset) diplomasi.
Penguatan kerjasama internasional memang dapat bermanfaat untuk menangkal
konflik antar negara dan mengurangi kesalahpahaman. Berbagai prakarsa
internasionalis seperti dalam bentuk forum internasional, pasar bebas, sistem
moneter internasional, dan asosiasi/lembaga kawasan dipercaya telah berperan
dalam menciptakan dan memelihara stabilitas internasional baik pada tataran
global maupun regional. Sekarang ini hampir
diseluruh Negara di dunia masih tetap menjadikan nasionalisme untuk pegangan
Negara-negaranya. Dan menjadikan internasionalisme sebagai obat tambahan untuk
menyeleseikan penyakit dari nasionalisme itu sendiri.
Dengan
pengertian yang ada diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa Nasionalisme dan
Internasionalisme pada hakikat definisinya adalah sama. Yang membedakannya
hanya dalam ruang lingkupnya, nasionalisme dibataskan atas territorial
sedangkan internasionalisme tidak dibatasi oleh territorial. nasionalisme dan
internasionalisme adalah suatu ideology yang harus berjalan bersama, dalam
penyakit nasionalisme yaitu chauvinism (nasionalisme sempit) bisa diobati
dengan adanya internasionalisme.
Nasinalisme dan internasionalisme menjadi suatu ideology yang masih sangat relevan di kehidupan dunia saat ini. Ini terlihat dari seluruh hampir Negara menggunakan nasionalisme untuk sebuah landasan ideology negaranya dan internasionalisme yang fondasi dasarnya adalah humanisme menjadi pandangan umum yang dianut oleh kebanyakan manusia saat ini. Ini menandakan bahwa nasionalisme dan internasionalisme masih sangat relevan dalam konteks ideology di dunia saat ini.
Daftar
Pustaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar