Selamat menikmati berbagai artikel dan makalah dari teman-teman Mahasiswa ISBD, ditunggu komentar, kritik dan saran anda pada posting tulisan tersebut, dalam kolom komentar. Atau anda bisa mendapat kiriman artikel via email dengan memasukan alamat email anda pada kolom diatas. Terima Kasih

Sabtu, 15 Maret 2014

Pengaruh Gaya Hidup Manusia Terhadap Pemanasan Global




Oleh : Geovanny Kriselda Metubun / 802012025 / MD 302 A 
802012025@student.uksw.edu



Manusia adalah makhluk yang diciptakan segambar dan serupa dengan Tuhan. Manusia diberi akal budi untuk menjalani hidupnya dengan baik. Pertambahan penduduk di dunia berkembang dengan sangat pesat dan hal ini berbanding terbalik dengan lingkungan tempat tinggal yang justru tidak bertambah sedikitpun. Ada contoh lain juga untuk perbandingan antara manusia dan lingkungan, yaitu semakin banyak manusia dan semakin panas pula suhu bumi.
Pemanasan global ini muncul sebagai akibat dari meningkatnya temperatur  rata-rata pada laian atmosfer, meningkatnya temperatur pada air laut, dan meningkatnya temperatur pada daratan. Namun tak bisa dipungkiri bahwa aktifitas manusia memberikan sumbangsih terbesar terhadap pemanasan global. Aktivitas sehari-hari manusia walaupun hanya hal-hal kecil seperti merokok, memasak air, dan berpindah tempat menggunakan kendaraan bermotor juga memberikan dampak bagi lingkungan.
Di era modern ini, dengan segala kecanggihan alat elektronik yang diciptakan, manusia menjadi lebih mudah dalam menjalani aktifitasnya. Namun dibalik kelebihan dari setiap alat, pasti ada kelemahannya dan sangat disayangkan jika kelemahannya yang ditimbulkan adalah kerusakan terhadap lingkungan hidup. Seperti yang dicontohkan di atas, penggunaan motor, asap motor yang dianggap remeh oleh sebagian orang ternayata turut memberi sumbangsih bagi pemanasan global.
Membahas tentang pemanasan global, maka pasti kita juga akan membahas tentang lapisan ozon. Ozon merupakan lapisan dari atmosfer yang menghalangi radiasi ultraviolet (UV-B) dari matahari. Sekitar 70-90% radiasi ultraviolet (UV-B) ini disaring oleh lapisan ozon. Radiasi langsung ultraviolet UV-B adalah radiasi yang berbahaya dan mematikan tanaman, hewan, termasuk manusia. Lubang ozon terbentuk karena terlalu banyaknya gas CFC (chloro-flouro-carbon) di udara. Gas CFC atau Freon berkumpul di bagian atas atmosfer, lalu akan berinteraksi dengan pantulan cahaya matahari sehingga merusak lapisan ozon.
Rusaknya lapisan ozon tidak hanya disebabkan oleh gas CFC. Dalam Protokol Kyoto, disepakai ada enam senyawa gas rumah kaca yang bisa menyebabkan rusaknya lapisan ozon, antara lain: karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrooksida (N2O), chloro-flouro-carbon (CFCs), hidro-flouro-carbon (HFCs), dan sulfur heksafluorida.
Pertambahan penduduk yang pesat juga membutuhkan lahan pemukiman yang lebih besar. Hutan-hutan akan dibakar untuk membuka lahan baru. Pembakaran hutan ini saja sudah memberikan 2 polusi bagi manusia, polusi udara, polusi tanah dan air. Asap dari pemabakaran hutan ini juga turut memberikan sumbangsih untuk gas rumah kaca. Sedangkan tanah yang sudah gersang, maka akan menjadi kering dan pecah-pecah, hal ini mendukung untuk terjadinya banjir dan juga kesulitan mendapatkan air bersih.
Selain untuk lahan tempat tinggal, hutan yang lebat juga bisa dibabat untuk membuka lahan perkebunan. Di Kalimantan barat, hampir sepertiga luas daerahnya telah diubah menjadi lahan perkebunan kelapa sawit. Perkebunan kelapa sawit ini merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat. Namun, dibalik dampak positif ini, pati ada dampak negatifnya. Perkebunan kelapa sawit dengan skala bear seperti ini cukup mengancam untuk keseimbangan alam di Kalimantan Barat. Walaupun pohon sawit sudah mati, namun  akar dari pohon sawit ini sangat sulit untuk dibersihkan. Dibutuhkan bertahun-tahun agar tanah yang telah ditanami pohon kelapa sawit ini dapat digunakan lagi. Selain itu, bekas tanah perkebunan kelapa sawit akan menjadi gersang karena unsur-unsur hara dalam tanah tempat pohon sawit itu tumbuh telah habis.

Hutan Sawit
Penggunaan kendaraan bermotor merupakan hal lumrah bagi semua manusia. Di pedesaan memang belum terlalu banyak kendaraan bermotor sehingga tidak terlalu merasakan polusi udara yang di sebabkan oleh asap kenadaraan. Namun di kota-kota besar, polusi udara pasti ada karena di dukung dengan jumlah penduduk yang banyak dan juga jumlah kenadaraan yang banyak, baik kenadaraan pribadi maupun umum. Kendaraan bermotor menghasilkan asap yang mengandung gas CO2 yang berbahaya bagi kesehatan.
Bagaimana dengan gas CFC? Apakah saja produk-produk teknolgogi yang bisa menghasilkan gas CFC? Beberpa contoh produk yang menggunakan gas CFC adalah AC, kulkas (lemari pendingin) dan cat semrot.
Dengan gaya hidup manusia yang sudah dimanjakan dengan teknologi seperti sekarang ini, khususnya alat elektronik yang tidak ramah lingkungan, maka bisa dipastikan bahwa lapisan ozon akan semakin rusak. Semakin bayak pertambahan penduduk, semakin banyak kebutuhan akan alat-alat elektronik, semakin banyak kendaraan, semakin banyak lahan yang dibutuhkan untuk pemukian, semakin banyak hutan yang digundul dan dampak yang lain adalah semakin bertambahnya air laut sebagai akibat dari melelehnya es di kutub utara karena pemanasan global.
Tidak mungkin untuk tidak menggunakan kendaraan atau tidak menggunakan barang-barang elektronik. Yang bisa dilakukan untuk “tidak menambah” rusaknya lapisan ozon adalah dengan megubah perilaku perorangan dan tindakan yang dilakukan secara kolektif.
Mengubah perilaku perorangan ini merupakan upaya pencegahan yang dilakukan secara individu, antara lain:
1.      Menghemat penggunaan air
Pemakaian air yang teralu banyak dan boros akan mempercepat habisnya ketersediaan air tanah. Jadi gunakanlah air dengan seperlunya dan matikan keran jika sudah tidak digunakan.
2.      Hemat listrik
Seperti yang telah di jelaskam bahwa efek rumah kaca juga dersebabkan pelh karbon dioksida (CO2). Sebagian besar  CO2 dihasilkan oleh pembangkit listrik berbahan fosil. Dengan demikian, hemat listrik secara tidak langsung jiga akan mengurangi kadar CO2 di atmosfer.

3.      Penanaman Pohon
Oleh karena sipergunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis, maka penanaman pohon dalam jumlah banyak juga dapat menajdi solusi. Bila setiap orang menanam satu pohon, maka di Indonesia akan bertambah lebih dari dua ratus juta tanaman yang ikut mengkonsumsi CO2.
4.      Mengurangi Penggunaan kendaraan pribadi yang menghasilkan CO2
Mobil sebagai penyumbang sumber  CO2 terbesar di wilayah perkotaan juga perlu diantisipasi dengan mengubah perilaku hidup. Dengan menggunakan angkutan umum seseorang bias lebih hemat dan juga dapat mengurangi jumlah produksi gas CO2 ke udara dan juga mengurangi kemacetan. Contohnya adalah Bis Trans Jogja di Yogyakarta, ini adalah salah satu ide terbaik yang dilakukan untuk mengurangi kemacetan dan juga mengurangi polusi udara di Yogyakarta. Selain menggunakan angkutan umum, pilihan lainnya adalah dengan menggunakan sepeda. Lebih murah dan sehat.
TransJogja.


                Selain tindakan perorangan, dapat digunakan juga langkah secara kolektif, yaitu upaya pencegahan yang dilakukan secara bersama. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
1.       Melestarikan hutan
Masyarakat dapat bersama-sama melestarikan hutan yang ada, dan juga melakukan reboisasi untuk menghijaukan kembali hutan yang gundul.
2.       Mencari alternatif baru
Contohnya penggunaan CFC untuk alat pendingin (AC dan Kulkas). Tidak mungkin untuk memerintahkan semua pemilik AC dan kulkas untuk berhenti menggunakan AC dan kulkas mereka karena mengandung gas CFC. Yang sudah ada, biarlah itu menjadi kegagalan dalam mencipakan teknologi yang ramah lingkungan. Dengan teknologi yang semakin maju ini, kita mungkin akan menemukan alternatif baru yang bisa digunakan untuk menggati CFC itu. Kuncinya adalah, kita tidak cepat merasa puas dengan hasil teknologi yang sudah ada sekarang, tetapi bagaimana kita bisa terus berinovasi dan menciptakan teknologi baru yang bukan hanya bisa membantu manusia, tetapi juga ramah lingkungan.





Daftar Pustaka

Susanta, Gatut,. Sutjahjo, Hari,. 2007. Akankah Indonesia tenggelam akibat pemanasan global? . Jakarta: Penebar Plus.
Akhadi, Mukhlis,. 2009. EKOLOGI ENERGI,. Yogyakarta: Graha Ilmu.
.

Tidak ada komentar: