Selamat menikmati berbagai artikel dan makalah dari teman-teman Mahasiswa ISBD, ditunggu komentar, kritik dan saran anda pada posting tulisan tersebut, dalam kolom komentar. Atau anda bisa mendapat kiriman artikel via email dengan memasukan alamat email anda pada kolom diatas. Terima Kasih

Selasa, 18 Maret 2014

Kasus Transgender Dena Rahman



Oleh : Valen Grace / 802012050 / MD302A

               
Dena Rahman atau yang mungkin kita kenal dengan Reynaldi adalah salah satu penyanyi cilik pada tahun 1999 dan awal 2000 akhir-akhir ini menghebohkan masyarakat dan mencuri perhatian publik dengan kasusnya yang melakukan transgender, beralih dari laki-laki ke wanita.

                Saya sangat tertarik dengan keputusan yang di lakukan oleh Reynaldi, dimana dia berani mengambil suatu keputusan  besar dalam kehidupannya yaitu melakukan transgender yang bagi sebagian besar masyarakat itu adalah hal yang tabu,aib dan dosa. Dena mengaku bahwa selama ini Ia adalah seorang wanita yang terjebak dalam tubuh lelaki. Ia sudah merasakan bahwa Ia adalah seorang wanita sejak berumur 5 tahun. Hal ini terbukti dari caranya berpakaian yang cenderung feminim dan cara bicaranya yang kemayu. 

                Selama belasan tahun Dena atau Reynaldi mengalami konflik batin tentang apa yang dia rasakan. Ada satu sisi yang menginginkan dia untuk merubah identitas dirinya serta jadi dirinya dari seorang laki-laki menjadi seorang perempuan. Dalam konteks psikologi satu sisi ini disebut id. Tetapi disisi lain, Dena merasa takut terhadap reaksi lingkungannya, terhadap nilai-nilai yang berlaku dalam lingkungannya, bagaimana reaksi keluarganya, bagaimana tanggapan teman-temannya, yang dalam konteks psikologi sisi ini disebut super ego. Selama belasan tahun Dena mengalami konflik antara id dan superego dan sampai pada akhirnya ia memutuskan untuk menjadi seorang wanita ( id yang dimiliki oleh Dena menang) dan melakukan transgender. Tapi setelah Ia mengambil keputusan besar seperti itu,masalah lain timbul seperti pertentangan dengan kelurganya,teman-teman yang mencibirnya, orang yang tidak tau masalahnya dan ikut-ikut berkomentar tentang kehidupannya. Apa yang di rasakan Dena saat itu ? setelah mengalami konflik batin, selanjutnya dia mengalami konflik dengan lingkungannya atas keputusan yang di buatnya. Tentu in bukanlah hal yang mudah bagi seorang Dena. Dimana Dia disalahkan atas keputusan tentang hidupnya sendiri. Saya menggaris bawahi kata “hidupnya sendiri”.

                Berbagai cara dilakukan Dena untuk mengubah identitas dirinya dari seorang laki-laki menjadi seorang perempuan salah satunya dengan melakukan terapi hormon dengan mengkonsumsi pil. Dena mengkonsumsi pil untuk menekan hormon testoteron yang dia miliki dan merangsang hormon estrogen. Disisi lain Dena mengakui bahwa kadang dia sering merasa bahwa ia seperti perempuan pada umumnya yang mengalami PMS (pre-menstrua syndrome).

                Keluarga Dena syok dan menentang keras keputusan yang di ambilnya. Keluarganya merasa bahwa itu adalah keputusan yang keliru, salah dan menentang norma dan nilai yang berlaku baik di lingkungan maupun dalam konteks agama. Disini terjadi kesenjangan antara fungsi keluarga yang dimana keluarga berfungsi untuk mengsuport anggota keluarganya tetapi disatu sisi juga keluarga terikat oleh norma dan nilai yang dianut.

                Butuh waktu lama bagi Dena untuk menyakinkan keluarganya tentang keptusan berat yang telah di ambilnya dan butuh waktu lama juga bagi keluarga Dena untuk memahami menerima dan mendukung keputusan yang telah di ambil oleh Dena. Pada akhirnya keluarganya pun mendukung setiap langkah yang di pilih oleh Dena. Masalah lain yang muncul adalah bagaimana tanggapan dan reaksi lingkungan serta masyarakat dengan keputusan yang di pilih oleh Dena. Sosok Dena yang pada masa kecil adalah seorang penyanyi cilik bernama Reynaldi ternyata tidak memudahkan Dena dalam menjalani kehidupannya yang baru sebagai wanita dan justru mempersulit dia. Publik dan masyarakat umum banyak yang mengetahui tentang idola cilik mereka memberikan komentar dan pendapat yang didalamnya tersirat kekecewaan, dan bahkan ada yang menghakimi sambil mengatakan bahwa itu adalah dosa besar,aib dan sebagainnya.

                Saya sangat menyayangkan reaksi publik terlalu berlebihan dan cenderung menghakimi. Pantasakah kita yang pada hakekatnya hanya orang biasa yang tidak mempunyai hubungan ataupu  ikatan dan pengaruh dalam kehidupan Dena ikut memberikan komentar yang tajam tanpa melihat alasan dan memahami maksud dari keputusan yang dibuat Dena tersebut ?  

                Menurut saya seharusnya kita sebagai masyarakat biasa,sebagai coustumer berita lebih kritis dalam melihat berita yang terjadi dilingkungan sekitar dan lebih mencoba memahami posisi orang lain sebelum kita memberikan kritik terhadap orang tersebut. Tidak sampai disitu saja,kebanyakan dari kita hanya mau mengkritik,menghakimi tanpa memberikan solusi yang tepat bagi orang lain. Padahal ada baiknya setelah kita mengkritik, kita juga harus mampu memberikan saran atau solusi terbaik yang kita punya atas masalah orang yang kita kritik. Berpendapat boleh tapi usahakan jangan sampai menghakimi sesuatu yang kitapun tidak punya dasar yang kuat atas hal itu.

                Balik lagi pada kasus Dena, saya sangat salut atas ketegaran hati dan rasa tanggung jawab yang dia miliki. Dena tegar dengan segala penolakan yang diterimanya mulai dari keluarganya sampai orang-orang yang tidak mengenali dia. Dena mampu menunjukan bahwa saat ini ia baik-baik saja dengan segala keputusan dan keadaannya sekarang, Ia mampu bertanggung jawab atas pilihan hidupnya, hal ini ditunjukannya dengan tampil di depan public dengan identitas barunya.

                Lewat kasus Dena, saya belajar banyak tentang apa itu resiko dalam setiap keputusan yang akandi ambil, bagaimana harus bersikap saat orang lain menghakimi keputusan atas hidup kita sendiri.




Sumber :



Tidak ada komentar: