Selamat menikmati berbagai artikel dan makalah dari teman-teman Mahasiswa ISBD, ditunggu komentar, kritik dan saran anda pada posting tulisan tersebut, dalam kolom komentar. Atau anda bisa mendapat kiriman artikel via email dengan memasukan alamat email anda pada kolom diatas. Terima Kasih

Minggu, 02 Maret 2014

Kebudayaan Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah



Oleh : Aulia Helmi Primandita / 672012008 / auliahelmi054@gmail.com / MD302B


Gambar 1.1 Orang dari suku Dayak Ngaju
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi(budi dan akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai ”kultur” dalam bahasa Indonesia.

Negara Indonesia adalah Negara yang kaya dengan kebudayaan. Dalam artikel ini akan dibahas salah satu kebudayaan di Indonesia yaitu kebudayaan Dayak Ngaju yang terdapat di Kalimantan Tengah.
            Di Kalimanta Tengah terdapat beberapa suku Dayak yang hidup harmonis dengan alam.  Suku Dayak yang terdapat di Kalimantan Tengah terdiri dari suku Dayak Ngaju selaku suku mayoritas. Terdapat juga suku-suku Dayak lainnya, di antaranya: Suku Dayak Bakumpai, Suku Dayak Bawo, Suku Dayak Dusun, Suku Dayak Katingan, Suku Dayak Kotawaringin Barat, Suku Dayak Lawangan, Suku Dayak Maanyan, Suku Dayak Mangkatip, Suku Dayak Ot Danum, Suku Dayak Punan, Suku Dayak Sampit, Suku Dayak Siang Murung dan Suku Dayak Taboyan.






            Terdapat tiga suku Dayak Ngaju hidup nomaden dari satu wilayah ke wilayah lain. Namun suku ini telah hidup di kota dan berpendidikan tinggi. Suku ini memiliki kepercayaan Kahariangan. Kepercayaan inilah yang mempengaruhi kebudayaan di seluruh seluruh Kalimantan Tengah. Banyak peninggalan budaya yang memiliki nuansa kepercayaan ini, seperti tipe bangunan, arca, kerajinan tangan dan berbagai produk lainnya. Jika diamati, kebudayaan ini banyak dipengaruhi oleh nuansa Hindu Jawa.
            Suku Dayak Ot Danum tinggal di rumah-rumah tradisional yang memiliki rata-rata 50 kamar. Jika dibandingkan dengan rumah biasa, jelas rumah Dayak ini lebih besar. Oleh karena itu, rumah ini disebut dengan rumah betang.






Gambar 1.2 Rumah Betang di Kalimantan Tengah


Gambar 1.2 Rumah Betang di Kalimantan Tengah



            Di antara suku Dayak lainnnya, Ot Danum adalah suku terbesar dan terkenal dengan perajin rotan, daun palem, dan bambu. Mereka memanfaatkan sumber bahan dari hutan-hutan di sekitarnya. Pengolahan bahan pun dilakukan dengan cara sederhana dan alat-alat tradisional.


 
           
Gambar 1.3 Hasik kerajinan tangan dari Suku Dayak di Kalimantan



 


            Banyak kebudayaan yang terdapat di dalam Dayak Ngaju yaitu: Orang Dayak Ngaju terkenal dengan kemampuan spiritualnya yang luar biasa. Salah satu kemampuan spiritual itu adalah apa yang mereka sebut Manajah Antang (Burung Elang), yaitu memanggil burung Elang agar dapat member petunjuk untuk berperang atau ingin mengetahui keadaan seseorang. Mereka menyakini burung yang datang adalah suruhan leluhur mereka, dan mereka meyakini petunjuk apapun yang diberikan oleh burung Elang adalah benar.
            Upacara tiwah, yaitu proses mengantarkan arwah (liau) sanak kerabat atau leluhur yang sudah meninggal ke surge atau Lewu Tatau Habaras Bulau Hagusung Intan Dia Rumpang Tulang, yaitu sebuah tempat yang kekal atau abadi. Orang dayak Ngaju meyakini leluhur akan senang dan bahagia jika arwah mereka sudah diantarkan. Mereka juga meyakini bahwa sebelum dilaksanakan upacara tiwah, maka roh leluhur dianggap belom masuk surga.
            Tradisi ber-Tato/Tutang/Cacah, yaitu menato tubuh. Orang Dayak terkenal dengan seni tatonya. Baik kaum laki-laki maupun perempuan, manato bagian-bagian tertentu dari tubuhnya, seperti pergelangan tangan, punggung, perut atau leher. Bahkan terdapat orang yang menato seluruh tubuhnya, biasanya yang menato seluruh tubuhnya itu adalah seorang pemimpin. Tato selain sebagai symbol status juga merupakan identitas. Menato didasari oleh keyakinan bahwa kelak setelah meninggal dan sampai ke surge, tato itu akan bersinar kemilau dan berubah menjadi emas, sehingga dapat dikenali oleh leluhur mereka nanti di surga.

Gambar 1.4 Tato Dayak Kalimantan

            Pelaksanaan hokum-hukum adat. Sejak dahulu hingga sekarang orang Dayak terkenal dengan hukum adat mereka, khususnya berkaitan dengan bagaimana cara mereka hidup berdampingan dengan alam (hutan). Hukum adat merupakan aturan yang telah digariskan oleh Ranying Hatalla dan diwariskan oleh leluhur mereka untuk ditaati. Orang Dayak Ngaju meyakini jika tidak melaksanakan hukum adat, maka leluhue mereka akan marah dengan mengirimkan berbagai bencana alam, seperti banjir dan kesulitan mencari makan.
            Tarian burung nggang Gading. Burung Enggang Gading adalah burung yang sangat disakralkan dalam kepercayaan orang Dayak Ngaju. Burung ini dianggap sebagai burung indah dan dari gerak geriknya tercipta sebuah tarian yang diyakini sebagai tarian leluhur mereka pada saat awal penciptaan. Maka dari itu hingga sekarang tarian burung Enggang masih ditampilkan dalam upacara adat dayak Ngaju, sebagai penghormatan terhadap leluhur mereka.
            Pengetahuan dan keyakinan mereka terhadap Pohon Batang Garing (pohon kehidupan) sebagai petunjuk memahami kehidupan. Pohon Batang Garing adalah pohon simbolis yang diciptakan berbarengan dengan diciptakannya leluhur Dayak Ngaju. Pohon ini dianggap menjadi pohon petunjuk untuk mengatur kehidupan yang  harus diajarkan pada orang Dayak Ngaju Kelak.
            Saat ini suku Dayak di Kalimantan Tengah hanya sedikit. Mulai banyak pendatang yang berasal dari luar pulau bermigrasi ke pulau Kalimantan. Dengan demikian maka banyak budaya-budaya lain masuk ke daerah Kalimantan. Maka untuk melestarikan budaya Dayak di Kalimantan, pemerintah Kalimantan Tengah selalu melaksanakan kegiatan rutin setiap tahunnya yang bertujuan untuk melestarikan budaya Dayak. Kegiatan itu bernama Festival Isen Mulang, dalam bahasa setempat Isen Mulang memiliki arti pantang mundur. Selain untuk melestarikan budaya, kegiatan tersebut juga bertujuan untuk mempopulerkan keanekaragaman budaya di Kalimantan.
           


Daftar Pustaka

Artikel Tentang Kebudayaan, Satyaariyono, diambil 27 Februari 2014 dari http://satyaariyono.wordpress.com/2012/03/10/artikel-tentang-kebudayaan/
Juhara, Erwan, et al. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta Selatan : Cendekia Berbahasa
Komandoko, Gamal. Ensiklopedia Pelajar dan Umum. Yogyakarta: Pustaka Widyatama
Suku Dayak Ngaju, Wikipedia Ensiklopedia Bebas, diambil 27 Februari 2014 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Ngaju







1 komentar:

Agustine Carolina mengatakan...

Artikel yg bagus, tapi foto yg dipakai itu bukanlah orang Dayak Ngaju tapi itu Dayak tetangga di Kaltim sana mba. :)